Memasuki era industri 4.0, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam perkebunan dan pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan harus ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru meninggalkan pertanian konvensional, yaitu cara lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis, hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis.
Tujuan utama pertanian organik atau pertanian ramah lingkungan adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes).
Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam.Hamparan lahan perkebunan Sawit dari Ujung Barat Sumatera hingga Ujung Timur Papua adalah potensi kekayaan tak ternilai dari bangsa besar ini.
Pasar produk organik dunia meningkat hingga20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya secara organik perlu diprioritaskan pada komoditi bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional, termasuk komoditi Kelapa Sawit.
Paradigma Teknologi Hi-Grade
Era Revolusi Hijau telah berlalu. Era ini menandai berdirinya pabrik-pabrik pupuk dan pestisida kimia skala makro di berbagai negara.
Revolusi Hijau menjadikan tanah sebagai media. Artinya tanah bersifat pasif, menerima segala input (kimia) yang dimasukkan ke dalamnya. Pemberian input yang seringkali over dan tidak bijaksana, lambat laun memberikan dampak negatif untuk kesuburan tanah tersebut.
Pada akhirnya Revolusi Hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah.
Kini, saatnya era pertanian sehat dan ramah lingkungan. Berbagai istilah turut berkembang seiring makin giatnya kampanye tentang produk pertanian yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Kita mengenal pertanian organik, pertanian berkesinambungan bahkan istilah pertanian ekologi.
Industri Agrikultur yang ramah lingkungan sangat sejalan dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pelestarian lingkungan, inovasi teknologi peningkatan produktivitas tanah dan tanaman harus ramah lingkungan agar lahan dapat digunakan secara lestari dalam jangka panjang.
Pertanian ramah lingkungan, menekankan bahwa tanah sebagai ‘Bioreaktor’. Artinya tanah adalah ‘pabrik’ sebagai tempat berlangsungnya proses biologis yang terjadi secara simultan dan kontinyu untuk memberikan kehidupan bagi semua mahluk yang ada di dalam dan di luar ekosistem tanah.
Tanah yang kaya bahan organik melalui suplai kompos/ pupuk organik atau HARAMAX secara berimbang akan membangun ‘reaktor’ bagi berlangsungnya proses biologis dalam tanah. Bioreaktor yang terbentuk akan menyediakan ‘ruang’ dengan aliran oksigen yang memadai untuk berlangsung proses biologis mikroorganisme dan makroorganisme tanah. Konsorsium mikroorganisme bersimbiosis mutualisme dengan makro organisme dalam ‘reaktor’ tanah ini akan menyediakan nutrisi yang berkecukupan untuk proses tumbuh dan berkembang bahkan produksi yang maksimal bagi tanaman yang dibudidayakan.
Pabrik mikro yang sesungguhya berlangsung dalam tanah. Para mikroba adalah pekerja sejati yang tanpa pamrih dan bayaran mahal, setiap detik bermetabolisme dan memproduksi nutrisi, vitamin, hormon tumbuh, dan enzim yang disuplai secara gratis ke tanaman sebagai konsumen setianya.
Konsorsium mikroba mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya perkebunan dan pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi, denitrifikasi dan sebagainya. Dalam aliran “pertanian input organik”, mikroba diposisikan sebagai produsen hara, tanah dianggap sebagai media bioreaktor dan hasil kerja mikroba dianggap sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman.
Setiap waktu sesuai dengan dosisnya, Hi-Grade dan HARAMAX mengirim tenaga kerja unggul berupa mikroba-mikroba ‘baik’ ke dalam tanah. Ekspor mikroba-mikroba unggul ini akan memberikan sumbangan ‘tenaga’ yang positif terhadap berlangsungnya aktivitas produksi dalam tanah.
Mikroba tanah yang disuplai secara konsisten merupakan dasar transformasi bagi berlanjutnya suatu kehidupan, fungsinya mempengaruhi berbagai proses dalam tanah. Transformasi beberapa pupuk kimia dalam tanah tergantung pada mikroba tanah, seperti nitrifikasi amonia, katalisis hidrolisis pupuk P oleh enzim fosfatase dan katalisis hidrolisis pupuk urea oleh enzim urease.
Semakin tinggi populasi mikroba tanah akan semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah. Populasi mikroba tanah yang tidak bersifat patogenik, juga dianggap sebagai salah satu indikator teknologi pertanian yang ramah lingkungan.
Sistem agrikultur yang dikembangkan akan menekan input kimia ke dalam tanah. Pengurangan secara bertahap pupuk dan pestisida kimia secara signifikan akan mereduksi dampak negatif yang ditimbulkannya. Pada akhirnya petani akan dimudahkan sekaligus dimurahkan karena biaya pembelian pupuk dan pestisdia kimia akan ditiadakan dalam proses budidaya Kelapa Sawit. Seiring dengan itu, hasil produksi Kelapa Sawit pun akan meningkat secara meyakinkan dari musim ke musim.