Kepala daerah se-Kalimantan sepakat dengan peranan kelapa sawit dalam pembangunan daerah dan ekonomi. Dana Bagi Hasil Sawit diharapkan semakin meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Memasuki Tahun ke-5 penyelenggaraan, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) se-Kalimantan kembali mengadakan Borneo Forum yang diselenggarakan pada 23-25 Agustus 2022. Tema kegiatan “Menuju Industri Sawit Borneo Lebih Berkelanjutan” dinilai sangatlah tepat dalam pengembangan industri sawit di Kalimantan.
“Pengembangan industri hilir merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit, yang tidak hanya terkonsentrasi kepada bahan baku, tetapi perlu terus didorong ke industri hiir bahkan sampai produk akhir. Dengan upaya ini nilai tambah tentunya akan berada di dalam negeri,” ujar Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, dalam pembukaan Borneo Forum ke-5 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Airlangga menjelaskan bahwa industri sawit Indonesia memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik saat ini maupun beberapa dekade mendatang. Industrisawit telah menjadi tumpuan sumber pendapatan bagi sekitar 17 juta kepala keluarga, petani dan karyawan yang bekerja di sektor on farm maupun off farm.
Sebagai komoditi perdagangan, pada tahun 2021, devisa ekspor dari industri kelapa sawit mencapai US$ 35,53 miliar yang menjadikan neraca perdagangan diIndonesia surplus US$ 33,82 miliar.
“Saat ini, ekspor produk kelapa sawit ditujukan ke lebih dari 125 negara di dunia dan telah digunakan untuk berbagai keperluan, baik untuk pangan, energi, dan aneka industri hilir lainnya. Selain itu, produksi kelapa sawit juga telah menjadi bahan baku untuk biodiesel yang tentunya sangat berperan dalam menekan devisa impor dari migas,” urai Airlangga.
Dengan luas areal sekitar 16,3 juta Ha, dimana sekitar 41% dikelola oleh petani kelapa sawit, industri kelapa sawit khususnya perkebunan kelapa sawit telah memberikan kontribusi yang sangat penting bagi daerah. Selain sumber pendapatan dan tenaga kerja bagi petani kelapa sawit, perkebunan besar kelapa sawit juga telah mampu menyerap tenaga kerja baik di pengelolaan kebun, pabrik kelapa sawit dan industri hilirnya maupun di sektor jasa transportasi dan pendukung lainnya.
“Hampir semua daerah yang berkembang industri sawitnya, seperti di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, berkembang juga ekonomi daerah tersebut. Ini membuktikan bahwa industri kelapa sawit telah mempu menjadi motor penggerak ekonomi wilayah dan perdesaan,” jelasnya.
Namun demikian, dengan luasan perkebunan rakyat sekitar 41%, kami menyadari masihb banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, seperti rendahnya produktivitas tanaman karena sudah berumur tua dan tidak menggunakan klon unggul, panjangnya rantai pemasaran yang mengakibatkan harga yang diterima petani rendah, masih terkendalanya kelembagaan petani, kemitraan usaha dan sebagainya.
Airlangga mengatakan dengan peran penting industri sawit baik secara nasional maupun daerah, untuk itulah pemerintah pusat mengharapkan dukungan Gubernur dan Jajaran Pemerintah daerah serta pelaku usaha industri sawit.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 131)