Memajukan dan mengembangkan industri sawit sebagai pilar pembangunan nasional menjadi salah satu tujuandari Andalas Forum III yang diadakan selama dua hari (28 – 29 November 2022), di Jambi.
Andalas Forum III yang diadakan GAPKI cabang Jambi, GAPKI cabang Sumatera Barat, dan GAPKI cabang Bengkulu mengusung tema “Menjaga Keberlanjutan Industri Sawit sebagai Komoditas Strategis Indonesia yang Ramah Lingkungan”. Forum yang diadakan setiap tahun ini, menghadirkan berbagai kegiatan di antaranya seminar, lokakarya, pelatihan dan pameran. Sementara untuk seminar menghadirkan berbagai subtopik antara lain pembiayaan, sumberdaya alam, kelembagaan, dan isu lingkungan seperti pembakaran hutan dan lahan, gambut, deforestasi dan pemberdayaan petani dan ketenagakerjaan.
“Maksud dari Andalas Forum III sebagai wadah bagi para stakeholders untuk berdiskusi dan berbagi informasi dan membuka jaringan (networking) untuk kepentingan industri sawit berkelanjutan,” ujar Ketua Panitia Andalas Forum III, Edi Rusmawanto, saat memberikan sambutan pada Senin (28 November 2022).
Edi Rusmawanto menjelaskan bahwa dalam Andalas Forum I & II yang berlangsung bulan Februari 2019 di Batam & Februari 2020 di Palembang sebagai penyelenggara GAPKI Riau & GAPKI Sumatera Selatan telah sukses diselenggarakan, selanjutnya karena adanya Covid-19 maka kegiatan Andalas Forum terhenti kurang/lebih 2,5 tahun.
Memasuki tahun 2022 dilaksanakan secara offline dan sebagai penyelenggara telah ditetapkan GAPKI Sumatera Barat, Bengkulu, & Jambi, dan sesuai kesepakatan bahwa penyelenggaraan kegiatan Andalas Forum III 2022 dilaksanakan di Provinsi Jambi,” urainya.
Andalas Forum terselenggara dengan latar belakang pengukuhan pembentukan Andalas Forum oleh GAPKI Cabang Se-Sumatera yaitu Cabang Aceh, sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, & Bengkulu.
Dikatakan Edy, ada dua tujuan pelaksanaan Andalas Forum. Pertama sebagai sarana promosi, komunikasi bagi para pihak yang menjadi mitra kerja untuk mendukung industri kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan.
Kedua, berbagi pengetahuan, Informasi dan pengalaman para pihak baik anggota GAPKI maupun stakeholder industry sawit untuk penerapan sistem tata Kelola industri sawit yang berkelanjutan dan untuk menjawab tantangan industry sawit Indonesia yang berhadapan dengan kampanye negatif dunia.
Gubernur Jambi, Al Haris mengutarakan Andalas Forum penting diadakan di tengah pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19. “Mudah-mudahan melalui Andalan Forum ini, para stakeholders sawit bisa saling menguatkan agar ekonomi, pasca pandemi Covid-19 bisa stabil dan tumbuh serta kembali bisa menyumbangkan devisa pada negara,” ucapnya.
Dikatakan Al Haris, pemulihan ekonomi perlu sinergitas agar ekonomi dapat tumbuh dengan baik. Karena sektor perkebunan sawit menjadi penyumbang utama devisa negara. “Untuk itu, kami mengharapkan perlu memperkuat hilirisasi industri sawit, jangan fokus pada CPO saja. Melainkan sektor sawit menjadi penyumbang tenaga kerja yang mampu menekan angka pengangguran. Mari perkuat kelembagaannya terutama bagi pelaku usaha yang tergabung di GAPKI,” jelasnya.
“Perkuat kelembagaan, dan perkuat sistem agar mampu menghasilkan dan menjaga kestabilan ekonomi yang sedang digalakkan saat ini. Bahkan provinsi Jambi termasuk provinsi yang pertumbuhan ekonominya terbaik di Sumatera terbaik no 1. Ternyata penyumbang terbesarnya dari sektor pertanian dan di dalamnya ada perkebunan, no 2 pertambangan. Kami berharap sinergitas antara perusahaan yang tergabung di GAPKI dengan BPDPKS,” tambah Al Haris.
Sementara, Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono lebih menyoroti pada poin keberlanjutan industri sawit sesuai dengan tema yang diangkat Andalas Forum III. Terkait dengan tema Menjaga Keberlanjutan Industri Sawit sebagai Komoditas Strategis Indonesia yang Ramah Lingkungan. Apakah sawit yang ada sudah berkelanjutan sehingga perlu dijaga?
“Sebenarnya ketika berbicara keberlanjutan (sustainability) industri sawit, semua teori sustainability mengacu pada azas keberlanjutan yaitu 3 P (people, profit dan planet),” ucapnya.
Diungkapkan Joko, jadi banyak yang salah persepsi bahwa sustainability hanya berbicara lingkungan padahal bicara sustainbility terkait tiga aspek 3P (people, profit dan planet). “Ketiga aspek itu tidak dapat terpisahkan. Kalau berbicara profit artinya usaha yang dijalankan harus untung, usaha harus untung karena kalau rugi tidak bisa berlanjut, usaha sawit yang sudah lebih dari 100 tahun harus dijaga dan profit,” ungkapnya.
“Dengan begitu bisa menjaga karyawan (people) karena kalau perusahannya jalan terus maka karyawan juga akan menikmatin kesejahteraannya sejalan dengan berkembangnya perusahaan. apalagi industri sawit menjadi tempat dari jutaan orang dalam mencari nafkah untuk keluarga.Dan yang terakhir, baru bicara planet. Industri ini harus berbicara tentang lingkungan, sosial dan aspek keberlanjutan lainnya. Sehingga kalau berbicara industri sawit mestinya sudah mengimplementasikan ketiga aspek yaitu people, profit dan planet,” imbuh pria yang menjabat sebagai Ketua GAPKI dua periode.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 134)