FoSI 2023 difokuskan pembahasan upaya membangun kebijakan yang sinergis, koheren, terintegrasi di antara subsistem di dalam industri sawit
“Dari Yogyakarta untuk Indonesia” menjadi kalimat awal sebagai pembuka saat sambutan Forum Sawit Indonesia (FoSI) 2023, yang disampaikan Dr. Purwadi, M.S, Direktur Eksekutif, Pusat Sains Kelapa Sawit (PSKS)- INSTIPER Yogyakarta, di Grha INSTIPER, pada Kamis (23 November 2023).
Kalimat tersebut cukup realistis, pasalnya sudah sejak tahun lalu (FoSI) diadakan kali pertama di tempat yang sama, fokus membahas dari sisi kebijakan perkelapasawitan dengan tema ‘Sawit Indonesia Menuju 2045’. Dan, dilanjutkan di tahun ini dengan tema ‘Membangun Daya Saing Perkebunan Kelapa Sawit Melalui Ekosistem Bisnis Sinergis’.
Dr. Purwadi, M.S, menyampaikan FoSI 2023 adalah kegiatan lanjutan dari FoSI tahun lalu, forum ini fokus membahas terkait kebijakan di bidang perkelapasawitan Indonesia. Lalu forum tersebut diselenggarakan atas kerjasama dengan asosiasi-asosiasi di bidang perkelapasawitan.
“Pada FoSI tahun lalu kesimpulannya, harus ada integrasi sistem industri sawit mulai dari hulu hingga hilir. Maka, di FoSI tahun ini difokuskan pada pembahasan upaya membangun kebijakan yang sinergis, koheren, terintegrasi di antara subsistem di dalam industri sawit,” katanya, saat memberikan sambutan, pada Kamis (23 November 2023).
Namun, lanjut Dr. Purwadi, harus disadari bahwa daya saing sistem industri end to end harus dimulai dari daya saing di sisi farm-nya (red-kebun). “Oleh karena itu, pada FoSI 2023 fokus pada pembahasan pembangunan daya saing di perkebunannya melalui ekosistem bisnis sinergis. Jadi, tahun ini fokus pada farm, di tahun mendatang fokus pada hilir dan supporting lainnya tentu dengan dinamika yang ada,” lanjutnya.
Bicara daya saing di kebun ada tiga pelaku yaitu ada industri supporting (sarana dan prasarana produksi), kemudian ada perkebunan besar dan perkebunan rakyat yang memiliki pabrik. Dan, saat ini telah tumbuh pabrik kelapa sawit yang tidak memiliki kebun. Maka, integrasi ini perlu dibangun.
Dari hasil kajian PSKS – INSTIPER Yogyakarta, di kebun ada beberapa tantangan; Pertama, legalitas dan kepastian lahan sebagai sumberdaya utama di bisnis perkebunan. dan, ini dirasakan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Kedua, kaitanya dengan kemitraan. Jika dirumuskan ada kemitraan berbasis ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga, ada isu terkait perdagangan dan bursa berjangka, serta kesiapannya terkait dengan EUDR. Hal-hal ini adalah hot issue yang dikaji lebih lanjut.
Maka, pada FoSI 2023 yang diadakan selama dua hari (23 – 24 November 2023) mengundang para narasumber dari stakeholders (Kementerian/Lembaga terkait), untuk membahas perkelapasawitan dari masing-masing perspektif sesuai dengan tema.
Pada kesempatan yang sama, Rektor INSTIPER Yogyakarta, Dr. Ir. Harsawardana, M.Eng mengutarakan pihaknya dengan bangga dan mengapresiasi FoSI 2023 dapat terselenggara dengan tema berbeda dari tahun sebelumnya.
“FoSI 2023 adalah lanjutan dari acara serupa pada tahun lalu. Acara ini merupakan langkah bagi INSTIPER Yogyakarta sebagai upaya berkontribusi selaku lembaga pendidikan tinggi di bidang pertanian yang telah lama bahkan sejak 65 tahun lalu selalu berkontribusi di sektor Perkebunan,” ucapnya.
“Maka, sangat wajar bagi kami (INSTIPER) berkepentingan dan mendedikasikan diri untuk mengembangkan industri perkebunan khususnya perkebunan sawit. Sejak 2005, kami telah giat dalam mengembangkan sumberdaya manusia termasuk riset dan teknologi di perkebunan kelapa sawit. Semoga acara ini (FoSI) bisa memberikan kontribusi kepada dunia usaha dan dunia industri, terutama industri kelapa sawit,” tambah Dr. Harsawardana.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 146)