JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Industri minyak kelapa diserang kampanye negatif terkait kandungan kesehatan. Tuduhan ini dapat menekan devisa ekspor kelapa Indonesia sekitar US$ 1,5 miliar pada tahun ini.
“Artikel tersebut dicurigai bermaksud mendiskreditkan value sebenarnya dari tropical oils terutama minyak kelapa. Saya belum membaca artikel asli penelitian (Dr.Karin Michels), sehingga belum tahu betul alsan dia menyimpulkan bahwa minyak kelapa sebagai pure poison,” kata Amrizal Idroes, Wakil Ketua Himpunan Industri Kelapa Indonesia.
Amrizal menyebutkan anggotanya yang bergerak di industri pengolahan sangat tidak setuju dengan kesimpulan tersebut karena merugikan imej produk olahan berbahan baku kelapa di luar negeri. “Kita bersama-sama harus meng-counter hasil penelitian Dr. Karin Michel adalah tidak benar,”ujarnya.
Amrizal Idroes menjelaskan bahwa Indonesia dan Filipina merupakan dua negara utama pengekspor produk olahan kelapa yg terbesar di dunia termasuk minyak kelapa. Rerata nilai devisa ekspor olahan kelapa antara US$ 1 miliar-US$1,5 miliar per tahun. Sekitar 60% dari nilai tadi merupakan hasil penjualan minyak kelapa ke berbagai negara.
“Jelas bahwa isu “pure poison” minyak kelapa akan mengancam perolehan devisa di masa datang. Makanya, harus kita counter secara cepat dan akurat,”tegasnya.
Sebelumnya, Dr.Karin Michel, Profesor Muda bidang Epidemiologi Harvard T.H. Chan School of Public Health, yang menyebutkan minyak kelapa tidak sehat dan merupakan racun murni apabila dikonsumsi dalam makanan.
Informasi ini diungkapkan Dr.Karin Michel saat memberikan kuliah berjudul “Coconut Oil and other Nutritional Errors di Universitas Freiburg. Di berbagai media massa seperti USA Today, Guardian, dan Business Insider, Michels menyatakan coconut oil is pure poison” and “is one of the worst foods you can eat.”