JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Investasi hilir kelapa sawit tetap berjalan di tengah pandemic Covid-19 yang berjalan sepanjang 1,5 tahun terakhir ini. Emil Satria, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian RI, menjelaskan bahwa investasi sektor industri hilir kelapa sawit selama pandemi menunjukkan trend positif.
Dikatakan Emil, ada tiga faktor mempengaruhi investasi sektor hilir sawit. Pertama, produk hilir sawit adalah produk consumer goods, sehingga sangat diperlukan terutama pada saat pandemi seperti sekarang.
Kedua, implementasi kebijakan harga gas bumi tertentu termasuk untuk sektor hilir kelapa sawit yang dilakukan pemerintah yaitu harga gas bumi USD 6/MMBTU. Faktor ketiga adalah jaminan pasokan bahan baku melalui tarif pungutan ekspor dan bea keluar.
Emil Satria menjelaskan sampai awal 2021 terdapat beberapa proyek yang on going merupakan carry over project tahun 2018-2019. Sebab adanya pembatasan kedatangan Tenaga Kerja Asing dari vendor mesin/peralatan selama pandemi.
Pada 2021-2022 investasi baru yang signifikan didorong oleh kebijakan harga gas bumi tertentu, salah satunya Unilever telah berkomitmen memperluas investasinya di Kawasan Industri Sei Mangkei sekitar Rp 2,5 Triliun.
Pada 2021, ada pula investasi pabrik biodiesel di Indonesia. Jadi, ada tambahan 980.000 KL (investasi senilai lebih dari US$90 juta) dan tambahan kapasitas hingga 2,5 Juta KL ( US$250 juta) pada akhir 2023.
Total investasi biodiesel sebesar US$340 juta (Rp 4,76 triliun atau setara kurs Rp 14.000)dari peningkatan kapasitas produksi tadi. Jika ditambahkan investasi Unilever, keseluruhan investasi hilir sawit mencapai Rp 7,26 triliun.
“Tentunya pencapaian ini tidak lepas dari implementasi dan komitmen pemerintah pada hilirisasi industri kelapa sawit yang berdaya saing,” jelas Emil.
Jumlah produk hilir sawit juga telah meningkat drastis sepanjang satu dekade ini. Data Kemenperin mencatat sampai akhir tahun 2011 jumlah/jenis produk yang dihasilkan Indonesia hanya sekitar 48 jenis, dan kini di tahun 2020 berkembang ke jumlah produk lebih dari 170 jenis.
Emil Satria, dalam sebuah diskusi juga menjelaskan bahwa, kinerja industri hilir kelapa sawit mengalami kenaikan karena produk hilir oleokimia banyak digunakan sebagai bahan pembersih (sabun, personal care, personal wash dan juga glycerine), yang sedang dibutuhkan seluruh Dunia dalam rangka menghadapi Pandemi Global COVID19.
Produk Fitonutrient (Vitamin E dan A), termasuk yang berasal dari Minyak Sawit juga sangat diminati pasar karena berdasarkan literatur Kesehatan Vitamin E dan A cukup esensial meningkatkan imunitas tubuh.
Selain itu, kebijakan mandatori Biodiesel B30 pada bahan bakar minyak juga menjadi salah satu pendorong kinerja industry hilir minyak sawit, demikian juga kinerja investasi juga mengalami kenaikan meskipun pandemic.