Syngenta menekankan pentingnya inovasi bagi peningkatan produktivitas pertanian mulai dari tanaman pangan hingga kelapa sawit. Salah satu inovasi tersebut berupa alat aplikasi produk perlindungan tanaman yang disebut Closed–Loop Knapsack System (CLKS).
Syngenta Indonesia dan Majalah Sawit mengadakan seminar bertemakan “Inovasi Sebagai Kunci Tata Kelola Sawit Inklusif dan Ramah Lingkungan” pada 31 Maret 2022. Berbicara langsung dari Singapura sebagai salah satu pembicara seminar, Cindy Lim, Head of Sustainable and Responsible Business Syngenta Asia Pacific, menjelaskan bahwa latar belakang seminar ini adalah dialog inovasi antara Syngenta dengan multi stakeholder mengenai sektor kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia tahun 2021. Dialog ini mengungkapkan serangkaian tantangan yang saling berkaitan, yang dihadapi pemangku kepentingan, termasuk penurunan produktivitas, kurangnya modal, kurangnya akses tenaga kerja untuk perkebunan di wilayah tertentu, kondisi kerja yang aman dan tingkat pendapatan yang layak bagi petani kecil dan karyawan perkebunan, peraturan yang tidak memihak deforestasi, peningkatan pengawasan terhadap praktik keberlanjutan, dan biaya pemantauan keberlanjutan yang tinggi.
“Dialog seperti ini diperlukan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit dan mengetahui potensi kemitraan yang tepat sebagai bagian dari praktik pertanian berkelanjutan,” ujar Cindy.
Menurut Cindy, inovasi menjadi dasar pertanian berkelanjutan. Inovasi di sini selain berupa produk atau teknologi digital, juga mencakup insfrastruktur dan ekosistem yang dapat membantu mempercepat keberlanjutan pertanian dan membawa manfaat bagi petani.
Terkait inovasi tersebut, saat ini Syngenta sedang memperkenalkan alat aplikasi produk perlindungan tanaman yang disebut closed-loop knapsack system (CLKS).
“Selain aman, CLKS dapat membantu petani menghemat waktu karena tidak perlu lagi mencampur produk perlindungan tanaman, dan lebih mudah saat membersihkannya, ” ujarnya.
Dari laman Syngenta dijelaskan bahwa CLKS adalah solusi all-in-one yang telah dirancang terutama untuk petani yang menggunakan alat semprot gendong punggung (knapsack sprayer) kecil untuk mengaplikasikan produk perlindungan tanaman. Penggunaan produk perlindungan tanaman menjadi aman karena tidak ada risiko kontaminasi saat pencampuran, tangki sprayer hanya berisi air, dan aman saat penyimpanannya.
Dialog inovasi Syngenta pertama kali diselenggarakan di Amerika Serikat. Cindy menyebutkan saat itu fokus pembahasannya adalah jagung dan efisiensi pakan. Sementara dialog inovasi serupa juga dilakukan di Asia dengan berfokus kepada kelapa sawit yang merupakan komoditas strategis bagi masyarakat Asia.
Untuk mencapai tujuan kelapa sawit berkelanjutan ini, Syngenta siap bekerjasama dan berkolaborasi dengan semua pihak. Seminar yang dilakukan secara hybrid ini mengacu kepada makalah yang telah dikembangkan sebagai bagian dari dialog inovasi Syngenta dengan kontribusi dari asosiasi petani, lembaga sertifikasi (seperti RSPO), pakar akademis (seperti universitas Wageningen), kelompok perkebunan, perusahaan (seperti Yara) dan juga NGO seperti Solidaridad untuk membantu menuju perubahan yang diinginkan. Dari dialog tersebut dihasilkan beberapa poin penting seperti mengoptimalkan produktivitas dan menciptakan nilai, menemukan model bisnis yang lebih kolaboratif dan transparan, dan mencari peluang untuk menciptakan dan merangkul nilai ekologis.
Dialog inovasi ini memberikan arahan bagi semua pihak untuk mengembangkan solusi, kemitraan dan teknologi demi mencapai tujuan tersebut. Misalnya bagi petani kecil, prioritasnya adalah meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya. Untuk mencapainya petani memerlukan akses berkelanjutan terhadap alat pertanian dan teknologi yang tepat, akses layanan keuangan yang lebih baik, dan juga pentingnya skema sertifikasi yang praktis dan ramah petani dengan biaya terjangkau.
Cindy menjelaskan bahwa basis dialog inovasi merupakan continuous improvement. Pendekatan dialog dilakukan secara sistemik dimulai dari hulu, setelah itu dilakukan pemetaan untuk mengetahui hasilnya. Outputnya akan dikaji secara terukur untuk mewujudkan berbagai hasilnya.
Acara seminar ini juga menghadirkan Herdrajat Natawidjaja (Koordinator Tim Sekretariat Komite ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil)) dan Narno (Ketua Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia/FORTASBI) sebagai pembicara. Sebelumnya, acara dibuka dengan pidato kunci dari Dr. Ir. Musdhalifah Machmud, M.T., Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Dari pembahasan pembicara dan peserta, semua menekankan perlunya melanjutkan serta menjaga reputasi kelapa sawit demi mewujudkan kelapa sawit yang maju, inklusif, dan berdampak positif terhadap lingkungan.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 126)