Bagi negara kawasan Afrika dimana umumnya pendapatan rendah ketersediaan CPO baik sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri memberi manfaat bagi masyarakat Afrika. Manfaat yang dinikmati selain harga CPO lebih murah, juga dampak tidak langsung harga CPO terhadap minyak nabati lainnya. Minyak sawit sebagai subtitusi dan atau komplemen minyak nabati lain, dapat mencegah kenaikan minyka kedele yang berlebihan baik karena pertumbuhan konsumsi maupun akibat kekurangan kekurangan pasokan. Sehingga dengan tingkat pendapatan yang sama, daya belimasyarakat Afrika untuk minyak nabati meningkat.
Untuk masyarakat kawasan Eropa, kehadiran minyak sawit lebih murah berdampak luas bagi ekonomi Eropa secara keseluruhan. Negara Eropa yang merupakan Negara-negara berpendapatan tinggi dan konsumsi tinggi (termasuk minyak nabati), ketersediaan minyak sawit yang relatif lebih murah dibandingkan soybean, rapeseed, sunflpwer oil dan lain-lain memungkinkan masyarakat Eropa dapat mempertahankan tingkat konsumsi tinggi atau mempertahankan tingklat kesejahteraanya.
Ketersediaan minyak sawit yang lebih murah secara global, juga menghindarkan industri-industri oleokimia global terhindar dari kebangkrutan. Rapilus dan Ahmad (2007) mengungkapkan bahwa industri oleokimia Eropa, USA, Jepang, banyak mengalami under capacity terancam bangkrut akibat kekurangan bahan baku. Peamain industri oleokimia global seperti Henkel, Uniliver, Lonza, KAO, Protector and Gamble, Petrosina, Akzo Nobel, Degusa, Rhom, Stock Hausen, Gold schimidt, C W Hulse, Rutgers, Wella, Gillete, Clairol, Dial, Schwarzkoff dan lain-lain, terpaksa harus melakukan konsolidasi dengan berbagai cara antara lain, akibat kekurangan bahan baku. Sebagian besar industri oleokimia global tersebut melakukan relokasi (subsidiary) dan kemitraan dengan negara-negara produsen CPO seperti Indonesia dan Malaysia.
Sumber: PASPI