Erick Thohir Menteri BUMN RI terjun langsung untuk memastikan pabrik minyak makan merah mulai beroperasi tahun ini. Kebijakan ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menekan angka stunting.
Melihat besarnya potensi minyak sawit dapat menghasilkan beragam produk turunan, baik sebagai bahan produk makanan maupun non makanan. Salah satunya, dari minyak sawit mentah, tanpa proses yang panjang bisa menjadi minyak makan merah yang kaya akan nutrisi.
Mengingat potensi besar itu, pemerintah membangun pabrik untuk mengolah minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) menjadi salah satu produk minyak makan merah (M3). Pabrik minyak makan merah ini, dibangun Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Menariknya, pabrik minyak makan merah ini dikelola oleh petani melalui koperasi.
“Pabrik minyak makan merah yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, menjadi percontohan untuk pengembangan industri minyak makan merah. Program minyak makan merah ini kepada para petani Langkat agar berhasil dengan menggunakan sistem pengelolaan berbasis koperasi,” kata Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Selasa (17 Januari 2023).
Lebih lanjut, ia mengatakan Langkat harus jadi percontohan, menjadi yang terdepan. Oleh karena itu, pabrik minyak makan merah ini adalah yang dibuat pertama kali di Indonesia. Ini merupakan hasil kerjasama. “Sehingga tidak dimiliki BUMN, melainkan milik para petani di Langkat di bawah payung koperasi. Ini yang kami dorong,” tegas Menteri Erick.
Tidak hanya bicara bisnis, Menteri Erick menjelaskan proyek minyak makan merah dilakukan untuk mengatasi persoalan stunting (kekurangan gizi) sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Minyak makan merah ini juga mengandung Vitamin A dan E, yang bermanfaat mengatasi stunting yaitu gangguan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi,” kata Erick.
Meskisama-sama berasal dari minyak kelapa sawit, hasil penelitian oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menemukan minyak makan merah lebih sehat dibanding minyak makan biasa karena tidak melewati proses bleaching. Dengan begitu, warna merah buah sawit tetap dipertahankan karena di sanalah terkandung karotenoid dan fitonutrien yang kaya provitamin A dan vitamin E.
Dengan percepatan pengoperasian pabrik ini, diharapkan dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng, menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat, mengurangi tingkat stunting, dan memberikan nilai tambah bagi petani sawit.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN, terus mendorong pengembangan dan memproduksi minyak makan merah. Namun, pabrik yang telah dirampungkan pembangunannya di Langkat (Sumatera Utara), bukan milik BUMN meskipun dibangun pemerintah melainkan diserahkan kepada petani untuk dikelola.
Pabrik minyak makan merah ini adalah yang dibuat pertama kali di Indonesia. Hasil kerjasama dengan masyarakat melalui koperasi. Tahun ini ditargetkan ada tiga pabrik pengolahan minyak makan merah, salah satunya di Langkat, Sumatera Utara.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 135)