JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Sebagian besar volume permintaan di negara tujuan sawit mengalami kelesuan. Akan tetapi, harga komoditas tetap menjadi penopang ekspor di Juni kemarin.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), nilai ekspor produk sawit bulan Juni turun 30,1% menjadi US$ 2,118 miliar dari bulan Mei. Walaupun demikian, devisa dari ekspor sawit masih mencapai 11,4% dari total devisa ekspor, yang menunjukkan tetap pentingnya ekspor sawit bagi perolehan devisa negara.
Turunnya harga merupakan salah faktor penyebab disamping kemungkinan negara pengimpor mengurangi importasi karena masih tersedianya stok minyak nabati. Harga rata-rata bulan Juni adalah US$ 1.054/ton jauh lebih rendah (-15,1%) dari harga bulan Mei yang mencapai US$ 1.241/ton.
Secara volume, ekspor produksi sawit bulan Juni 2021 mencapai 2.026 ribu ton atau 926 ribu ton (31,4%) lebih rendah dari ekspor bulan Mei 2021, tetapi secara YoY sampai dengan bulan Juni, ekspor minyak sawit 2021 adalah 1,8% lebih tinggi dari tahun 2020. Penurunan terjadi pada semua produk kecuali oleokimia.
“Penurunan ekspor diduga karena pengusaha cenderung bersikap wait and see akibat volatilitas harga yang sangat tinggi, ” ujar Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI dalam keterangan tertulis, Rabu (18 Agustus 2021) .
Sejumlah negara tujuan mengurangi pembelian sawit di Juni kemarin. Penurunan jumlah ekspor terbesar terjadi dengan tujuan EU (-151 ribu ton) diikuti dengan tujuan Timur Tengah (-124 ribu ton), India (-105 ribu ton) dan Pakistan (-108 ribu ton).
Secara YoY sampai dengan Juni, penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India (-475 ribu ton).
Konsumsi dalam negeri bulan Juni 2021 mencapai 1.584 ribu ton, 5,8% lebih rendah dari konsumsi bulan Mei.
Penurunan terjadi pada penggunaan untuk industri pangan (-4,6%) dan biodiesel (-9,6%), sedangkan untuk oleokimia naik 3,4%. Secara YoY konsumsi dalam negeri tahun 2021 sebesar 19% lebih tinggi dari konsumsi tahun 2020.
Produksi bulan Juni 2021 mulai menunjukkan peningkatan. Produksi CPO bulan Juni mencapai 4.482 ribu ton sedangkan PKO mencapai 426 ribu ton, sehingga produksi CPO+PKO sekitar 12,7% lebih tinggi dari bulan Mei AYang sebesar 4.354 ribu ton. Secara YoY produksi CPO+PKO tahun 2021 adalah 4,3% lebih tinggi dari tahun 2020.
Kenaikan produksi, penurunan ekspor dan konsumsi telah memulihkan stok menjadi 4.150 ribu dari 2.848 ribu ton pada bulan Mei.
“Peningkatan produksi minyak sawit dari Indonesia sangat diharapkan oleh konsumen dunia. Oleh sebab itu, momentum kenaikan produksi sawit Indonesia perlu terus dijaga terutama dari kejadian karhutla dan masuknya covid-19 ke lingkungan perkebunan, ” pungkas Mukti.