Kelompok Tani Peternak Sido Makmur mengolah batang sawit menjadi pakan ternak. Hasil pakan ternak sedang diuji laboratorium di Universitas Jambi. Diharapkan dapat membantu peningkatan nutrisi sapi. Selain itu, batang sapi sisa replanting lebih bermanfaat.
Masih ingat program intergrasi sawit-sapi yang diinisiasi pemerintah yang sudah berjalan kurang lebih 5 tahun (sejak 2017-2018). Meski, ada pihak yang mengatakan bisa mendapatkan keuntungan atau cuan, tetapi tidak banyak yang melirik kegiatan usaha tersebut padahal hanya mengandalkan bio massa yang ada di antaranya berupa, pelepah dan daun sawit, hijauan dibawah naungan sawit, bungkil sawit dan solid sebagai pakannya.
Tetapi bagaimana dengan lahan sawit yang direplanting? Dari mana sapi mendapat makanan, dilahan sawit yang sudah ditebang. Terutama bagi petani/pekebun sawit yang memiliki sapi mengandalkan pakan dari lahan sawitnya! Hal ini yang mendasari salah satu Kelompok Tani Peternak Sido Makmur di desa Purwodadi, Kecamatan Tebing Tinggi, Kebupaten Tanjung Jabung Barat – Provinsi Jambi. Kelompok Tani Peternak tersebut melakukan inovasi membuat pakan ternak alternatif dengan memanfaatkan potensi bahan yang ada. Yaitu memanfaatkan batang tanaman sawit yang digiling menjadi serbuk pakan ternak (Sapi dan kambing).
Upaya tersebut sebagai bagian dari mencari sumber pakan alternatif pakan ternak sapi dan kambing agar tetap bisa mendapatkan asupan makanan sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai yang diharapkan. Dan, menjadi sumber pendapatan selama menunggu tanaman sawit berproduksi.
Wagimin selaku inovator pakan ternak sekaligus Sekretaris Kelompok Tani Peternak Sido Makmur, mengatakan pihaknya mencari sumber pakan alternatif untuk ternak (sapi dan kambing) sebagai usaha yang dijalankan. “Sebelum, tanaman sawit ditebang (direplanting), kami tidak merasa keberatan untuk memenuhi kebutuhan pakan karena bisa meng-agon ternaknya di lahan sawit milik anggota. Tetapi setelah lahan direplanting, kami berupaya mencari sumber pakan alternatif dengan memanfaatkan bahan yang ada, salah satunya menggunakan batang tanaman sawit yang digiling menjadi serbuk. Kemudian, dicampur dengan dedak (bekatul) dan diberi sedikit garam. Ternyata, sapi dan kambing doyan,” ujarnya, saat dihubungi melalui telepon, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Wagimin menambahkan ide mencari sumber pakan ternak dengan memanfaatkan bahan yang ada, bermula karena mulai resah sumber pakan (rumput) yang ada di lahan sudah tidak ada karena lahan sawit direplanting. “Semasa hidup di kampung (Boyolali – Jawa Tengah) ada pabrik mie putih dengan bahan sagu. Banyak ampas sagu dibuang atau tidak dimanfaatkan. Apas sagu itu, sering saya ambil untuk ngombor sapi. Saya pikir ampas sagu dengan serbuk dari batang sawit hampir sama teksturnya tetapi beda kandungannya. Kemudian, saya coba memanfaatkan batang sawit yang diparut dengan meminjam mesin parut, serbuk tersebut untuk ngombor sapi dan kambing ternyata mau (doyan),” imbuhnya.
Meski ternak yang dibudidaya mau ngombor (red-makanan ternak yang dicampur air dan garam), tetapi Wagimin masih ragu. Kemudian, menyampaikan hasil uji coba pakan ternak serbuk dari batang sawit pada pihak Universitas Jambi, untuk diuji di laboratorium dan mengetahui kandungan yang ada pada serbuk dari batang sawit.
“Dari informasi yang saya dapat hasil uji lab serbuk batang sawit sudah ada tetapi masih dipegang oleh pihak Universitas Jambi. Tetapi formula serbuk untuk pakan ternak (sapi dan kambing) belum disampaikan oleh pihak Universitas Jambi. Kalau sudah disampaikan, kami bisa produksi pakan ternak dari batang sawit karena banyak batang sawit yang belum termanfaatkan,” kata Wagimin.
Diketahui, Kelompok Tani Peternak Sido Makmur saat ini beranggotakan 20 orang dengan populasi ternak (Sapi dan Kambiing) sebanyak lebih dari 80 ekor sapi dan 6 ekor kambing.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 128)