Dalam pelaksanaan pelatihan, BPI menghadirkan pelatih yang 100% berlatarbelakang praktisi akan berbagi ilmu praktek terkini kepada para peserta pelatihan yang seluruhnya adalah para pekebun sawit.
Best Planter Indonesia (BPI) selama Juni-Juli 2023 telah menggelar pelatihan pekebun sawit hasil kolaborasi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Ditjen Perkebunan. Pada pelatihan batch 1 diadakan di Pekanbaru (Riau), batch 2-3 di Palembang (Sumatera Selatan).
Setelah merampungkan tiga batch, BPI kembali mengadakan pelatihan batch 4-5 dengan tema Panen dan Pasca Panen, di Palembang (Sumatera Selatan). Pelatihan diikuti 60 peserta (pekebun sawit) dibuka oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Ir. Agus Darwa, M.Si di Ball Room Hotel Swarna Dwipa Palembang, pada Jum’at (14 Juli 2023).
Direktur Best Planter Indonesia (BPI),Heri DB mengutarakan pihaknya menghaturkan banyak terimakasih atas kepercayaan yang diberikan BPDPKS dan DITJENBUN serta seluruh aparat dinas terkait. BPI telah ditetapkan sebagai salah satu provider pelatihan untuk ikut serta melatih para pekebun sawit.
“Dengan pengalaman panjangnya para pelatih BPI yang 100% berlatar belakang praktisi akan berbagi ilmu praktek terkini kepada para peserta pelatihan yang seluruhnya adalah para pekebun sawit,” ujarnya, saat memberikan sambutan.
Selanjutnya, ia mengingatkan bahwa panen adalah ujung dari aktifitas budidaya kebun sawit, oleh karenanya dalam pelatihan nanti para pekebun akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan terkait panen dan pasca panen.
“Kami berharap kualitas dan kuantitas panen yang dihasilkan memenuhi standar best management practices sehingga para pekebun akan mendapatkan harga yang tinggi di pabrik kelapa sawit (PKS) yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan pekebun,” tambah Heri DB.
Menurutnya, dalam teori keseimbangan produksi dan kapasitas produksi untuk mendapatkan hasil yang stabil sesuai potensi harus didukung oleh kapasitas produksi yang terus terpelihara. Kapasitas yang dimaksud adalah tanah perkebunan yang dari tahun ke tahun kualitasnya semakin menurun.
“Apa bila kondisi ini dibiarkan maka bukan tidak mungkin produktifitas sawit akan menurun bukan hanya oleh daya dukung tanah yang rendah tetapi juga karena munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam rusaknya populasi tanaman sepert iGanoderma dan lainnya,” jelas Heri BD menegaskan.
Seperti diketahui, penurunan kualitas tanah selain ditandai oleh berbagai macam penyakit juga ditandai dengan menurunnya kandungan C-organik tanah dan mulai lenyapnya cacing tanah dipiringan sawit. Upaya memasukkan bahan-bahan organik kedalam tanah merupakan suatu keniscayaan.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 141)