Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) melibatkan generasi muda untuk mendukung promosi sisi positif sawit kepada masyarakat di sejumlah negara. Mereka akan menjadi duta sawit bagi kalangan milenial.
“Penghargaan ini merupakan bagian dari kegiatan dalam rangka memperingati delapan tahun CPOPC dengan mengajak kaum muda menjadi duta palm oil di negaranya, kawasannya maupun di tingkat global,” ujar Sekretaris Jenderal CPOPC, Rizal Affandi Lukman pada acara CPOPC 8th Anniversary Dinner & Young Elaeis Ambassadors Awards, Surabaya pada akhir November 2023.
Penghargaan #YoungElaeis Ambassadors yang diprakarsai oleh CPOPC telah menarik setidaknya 80 pelamar dari Indonesia, Malaysia, Ghana, Honduras, serta dari negara konsumen seperti Prancis, India, Pakistan, Bangladesh, dan Belanda.
“Kita menyaksikan para pesertanya dari berbagai negara, bahkan tidak hanya dari negara penghasil sawit, seperti dari Prancis, Belanda, Amerika Latin India, dan Pakistan. India dan Pakistan adalah negara konsumen bukan negara produsen,” kata dia.
Rizal mengatakan, kedepan duta besar sawit ini akan terus diberikan dukungan berupa pembiayaan untuk mempromosikan sawit yang sehat dan berkelanjutan di negara, kawasan, dan global.
“Minyak sawit itu sangat bermanfaat dengan berbagai dimensinya. Jadi, bukan hanya makanan, bisa menjadi sumber energi yang mana minyak sawitnya dihasilkan secara berkelanjutan. Itu pesan yang bisa dibawakan dari duta-duta muda yang terpilih,” sambung dia.
“Jadi dengan terpilihnya duta-duta muda, CPOPC bakal terus men-engage mereka untuk dijadikan duta-duta muda kelapa sawit untuk mempromosikan di berbagai kesempatan peran dari (industri) minyak sawit yang sustainable,” ujar Sekretaris Jenderal CPOPC, Rizal Affandi Lukman saat menghadiri ajang penghargaan itu di Surabaya, Jawa Timur, kemarin, dilansir dari laman ANTARA, pada Jumat (24/11).
Ajang itu, kata Rizal, diikuti 28 peserta dari negara produsen kelapa sawit anggota CPOPC, yakni Indonesia, Malaysia, dan Honduras, sertadari negara konsumen kelapa sawit, seperti India dan Pakistan.
“Kita lihat para peserta dari berbagai negara, bahkan tidak hanya dari negara penghasil kelapa sawit. India dan Pakistan adalah negara konsumen, bukan negara produsen,” ulas Rizal.
Program Young Elais Ambassador, jelas Rizal, digagas untuk melibatkan dan mengedukasi komunitas muda mengadvokasi pilar keberlanjutan di industri sebagai pelaku dan konsumen minyak sawit masa depan.
Menurutnya, generasi muda punya peran yang sangat penting untuk mengantisipasi tantangan yang dihadapi negara-negara penghasil minyak sawit, salah satunya persepsi negatif yang melekat dengan industri ini seperti maraknya praktik deforestasi.
“Minyak sawit itu sangat bermanfaat dengan berbagai dimensi. Jadi, bukan hanya makanan, bisa menjadi sumber energi yang mana minyak sawitnya dihasilkan secara berkelanjutan. Itu pesan yang bisa dibawakan dari duta-duta muda yang terpilih,” bebernya.
Nantinya, dikatakan Rizal, para duta besar sawit tersebut juga akan dilibatkan pada kegiatan-kegiatan CPOPC di kawasan, misalnya Ghana untuk kawasan Afrika dan Honduras untuk kawasan Amerika Latin.
Bahkan, CPOPC juga akan tetap melibatkan para finalis lainnya. “Uni Eropa seperti yang saya bilang tadi mereka sudah masuk finalis. Ada dari Prancis, Belanda, tetapi mereka kalah kompetisi untuk menjadi pemenang. Namun, kita akan tetap undang mereka kalau ada event CPOPC di kawasannya,” kata dia.
Sebagai informasi, penghargaan #YoungElaeis Ambassadors yang diprakarsai oleh CPOP telah menarik setidaknya 80 pelamar dari Indonesia, Malaysia, Ghana, Honduras, serta dari negara konsumen seperti Perancis, India, Pakistan, Bangladesh, dan Belanda.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 146)