Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memiliki peranan strategis untuk mencegah meluasnya isu negatif sawit di dalam dan luar negeri. Program promosi dan advokasi telah berjalan efektif semenjak 2015
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, mengapresiasi buku yang telah disusun oleh PASPI ini telah menjadi senjata utama kita dalam menangkal serangan-serangan tersebut. Dalam beberapa kali kesempatan Pemerintah RI membawa persoalan perdagangan sawit di luar negeri seperti WTO, kita sering kali menggunakan banyak data dan fakta yang ada di buku mitos versus fakta sawit.
“Dan bukan kebetulan juga saat ini sawit Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dari diberlakukannya regulasi baru di Uni Eropa yang lebih dikenal dengan EUDR, dimana pada dasarnya Uni Eropa mewajibkan komoditas yang masuk ke wilayah mereka merupakan produk bebas deforestasi,” ujar Eddy.
Sejak 2015, Indonesia telah berada dalam jalur yang benar menuju industri sawit yang berkelanjutan. Pemerintah memiliki pendanaan yang bersumber dari industri, yang digunakan untuk kepentingan dan kebutuhan keberlanjutan industri sawit.
Seperti kita ketahui bersama, hampir setengah dari area perkebunan sawit nasional dimiliki oleh pekebun swadaya, sehingga menjadi tantangan kita bersama pengelolaan perkebunan sawit terutama di sisi hulu, agar bersama menjadi lebih berkelanjutan. Namun yang saat ini banyak menjadi gambaran kondisi industri sawit di benak masyarakat umum, sawit itu dimiliki oleh pengusaha dan grup perusahaan besar.
“Jangan sampai kita sebagai pihak-pihak pemangku kepentingan utama di industri ini, semakin jauh membiarkan image masyarakat tersebut terhadap sawit, salah satu cara tentunya adalah dengan menunjukkan fakta-fakta berdasar kajian atau sumber empiris dibanyak kesempatan seminar, talkshow ataupun acara promosi sawit,” ujarnya.
Sawit sebagai komoditas yang paling produktif, menyumbang kurang lebih 42% dari total supply minyak nabati dunia, dengan market share sawit Indonesia sekitar 59,66% dari market share Produsen CPO dunia. Seiring dengan permintaannya yang terus meningkat dari tahun ketahun, pertumbuhan demand minyak nabati dunia meningkat rata-rata sebesar 8,5 juta MT setiap tahunnya. Tentunya angka tersebut sudah menunjukkan dominasi komoditas minyak sawit dibandingkan minyak nabati lainnya, apa lagi ditambah dengan harga minyak sawit yang cenderung berada di angka yang paling rendah, hal ini mendorong untuk komoditas lain melancarkan kampanye negatif dan kampanye hitam terhadap sawit sebagai bentuk perangdagang.
Tentunya cara yang paling efektif untuk dapat menangkal serangan-serangan kampanye negatif dan kampanye hitam terhadap sawit, adalah dengan fakta yang bersumber dari data empiris. Buku yang telah disusun oleh PASPI ini telah menjadi senjata utama kita dalam menangkal serangan-serangan tersebut. Dalam beberapa kali kesempatan Pemerintah RI membawa persoalan perdagangan sawit di luar negeri seperti WTO, kita sering kali menggunakan banyak data dan fakta yang ada di buku mitos vs fakta ini. Dan bukan kebetulan juga saat ini sawit indonesia sedang menghadapi tantangan besar dari diberlakukannya regulasi baru di Uni Eropa yang lebih dikenal dengan EUDR, dimana pada dasarnya Uni Eropa mewajibkan komoditas yang masuk ke wilayah mereka merupakan produk bebas deforestasi.
Topik deforestasi sendiri akan banyak ditampilkan di dalam buku Mitos vs Fakta sawit edisi terbaru ini, dari mulai permasalahan deforestasi di dunia yang dimulai dari banyaknya perbedaaan definisi dari kawasan hutan dan deforestasi itu sendiri, sehingga menyebabkan ketidak pastian dan perdebatan dalam pelaksanaan kebijakan yang mengaitkan deforestasi dengan perdagangan komoditas tertentu, sampai dengan histori konversi lahan yang beraneka ragam di setiap wilayah di dunia.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 142)