
JAKARTA SAWIT INDONESIA – Sebagai perusahaan yang telah beroperasi 39 tahun lamanya, Asian Agri fokus meremajakan (replanting) tanaman yang telah berusia tua. Bernard Riedo, Director Sustainability and Stakeholder Relations Asian Agri, menjelaskan bahwa peremajaan sawit Asian Agri idealnya 5.000 hektare setiap tahun yang lokasinya tersebar di Riau, Sumatera Utara, dan Jambi. Akan tetapi, peremajaan ini dilakukan secara bertahap untuk menjaga keberlangsungan produksi sawit perusahaan.
“Asian Agri memiliki luas kebun inti mencapai 100 ribu hektare. Dalam lima tahun terakhir, kami fokus melakukan replanting agar keberlangsungan bisnis sawit perusahaan terus berjalan,” ujar Bernard dalam Ngabuburit Virtual Bersama Asian Agri dan Apical, Selasa (27 April 2021).
Merujuk data Ditjen Perkebunan, rerata kebutuhan dana replanting Rp 62 juta per hektare. Namun, perusahan berupaya mengefisienkan pengeluaran biaya replanting. Bernard menuturkan semakin besarnya luasan kebun membuat perusahaan berupaya mengelola cost lebih rendah. Perusahaan memegang tiga prinsip dalam peremajaan lahan quality, productivity, dan cost.
Asian Agri juga aktif mendampingi petani mitra yang akan memasuki periode replanting.
Menurut Bernard, perusahaan memberikan perhatian penuh terhadap peremajaaan kebun sawit petani yang menjadi mitra. Asian Agri mendampingi petani sawit dari pemilihan bibit unggul, persiapan lahan, penanaman hingga perawatan dengan praktik agronomi terbaik. Sebab, replanting sawit rakyat sangat strategis untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan kesejahteraan petani sawit.
“Kami lakukan pendampingan secara maksimal kepada petani. Kehadiran BPDP Kelapa Sawit melalui hibah dana peremajaan sangat membantu pembiayaan petani,” jelasnya.
Atas dasar itulah, ia menekankan, replanting harus dipersiapkan sangat baik dan terencana. Tidak bisa, replanting ini menjadi ajang spekulasi. Fokus utama penyediaan benih berkualitas dan bagus dengan dukungan Best Practices Management.
”Perusahaan memberikan pengarahan kepada petani mitra dalam replanting ini. Business model juga mengacu seperti kami. Akses benih petani lebih mudah dalam pendampingan ini,” jelasnya.
Di masa pandemi, Asian Agri juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat di kebun dan kantor termasuk saat pendampingan mitra petani. Menurut Bernard, perusahaan mengikuti arahan pemerintah dalam pelaksanaan protokol kesehatan. Tujuannya agar kegiatan kebun tetap berlanjut karena ada target harus dicapai demi kelangsungan industri.
“Pergerakan orang di kebun dan kantor sangat diawasi ketat supaya tidak terjadi kluster. Sosialisasi protokol rutin disampaikan baik kepada tim dan masyarakat sekitar demi kesehatan bersama,” pungkasnya.