Nusa Dua, SAWIT INDONESIA – Pakistan sangat bergantung pada impor minyak nabati, termasuk minyak sawit Indonesia. Untuk itu, mengharapkan pemerintah Indonesia memberikan kemudahan ekspor minyak sawit ke negara tujuan. Dan, berharap pemerintah Indonesia mengevaluasi kebijakan ekspor minyak sawit.
Chief Executive Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) dan Westbury Group, Abdul Rasheed Janmohammed, mengatakan kebutuhan minyak nabati yang cukup besar dan ketergantungan impor, membuat kami berharap bahwa Pemerintah Indonesia bisa melihat kembali kebijakan yang dijalankan.
“Pakistan akan membeli sawit dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati yang akan meningkat pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024,” urai Abdul Rasheed Janmohammed saat menjadi pembicara di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), di Nusa Dua – Bali, pada Jum’at (3 November 2023).
Menurutnya, total konsumsi Pakistan terhadap minyak nabati cukup besar, yaitu 4,5 juta ton dengan produksi lokal sebesar 0,75 ton. Produksi lokal yang terbilang sedikit itu membuat Pakistan menjadi negara yang membutuhkan impor minyak nabati sebesar 3 juta ton.
Kebutuhan ini masih ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Pakistan baru-baru ini memberlakukan larangan produk pangan rekayasa genetika atau GMO, sehingga pasokan minyak nabati yang masuk menjadi lebih terbatas.
“Kami harap Indonesia tetap akan membuka keran eskpor kepada Pakistan, sebab produksi minyak nabati kami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik,” kata Abdul.
Dikatakan Abdul Jamal permintaan CPO di Pakistan lebih besar hingga pertengahan 2024 untuk memenuhi permintaan pada Ramadan.
Saat ini, stok CPO di negara beribukota Islamabad ini mencapai 500.000 ton, jumlah ini melampaui stok normal sebanyak 300.000 ton.
Penulis: Robi Fitrianto