Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu yang sangat berpotensi menurunkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Apabila gulma tidak dikendalikan dengan baik maka kehilangan hasil minyak sawit dapat mencapai 20 persen – 22 persen. Oleh sebab itu pengendalian gulma merupakan suatu aktivitas penting di perkebunan dan hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan manajemen gulma terpadu yang mengombinasikan cara-cara mekanis, kultur teknis, pemanfaatan agen hayati, maupun dengan menggunakan herbisida.
Penggunaan herbisida dengan strategi yang tepat telah banyak memberikan manfaat bagi para petani maupun perusahaan perkebunan. Herbisida mengganti pekerjaan fisik petani dan pekerja perkebunan yang melelahkan dan membahayakan kesehatan, menurunkan biaya produksi, mengurangi erosi, mengonservasi gulma lunak dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari praktik pembukaan lahan tanpa bakar.
Salah satu herbisida yang banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah herbisida berbahan aktif parakuat diklorida seperti Gramoxone yang diproduksi oleh Syngenta sesuai dengan standar internasional (FAO). Herbisida tersebut terdaftar secara resmi di Indonesia dan direkomendasi untuk mengendalikan gulma di lahan-lahan perkebunan. Herbisida parakuat diklorida bersifat kontak tidak sistemik, memiliki profil keamanan terhadap manusia dan lingkungan yang telah teruji, serta memberikan manfaat yang sangat nyata bagi perkebunan.
Gramoxone mengendalikan gulma dengan cepat, tahan hujan, tidak mengontaminasi tanah dan air, menurunkan erosi, mempertahankan bahan organik tanah, mencegah suksesi dan resistensi gulma, dan lain sebagainya. Karena fitur dan manfaatnya yang nyata, maka produk tersebut tetap dibutuhkan dan hingga saat ini digunakan di lebih dari dua per tiga lahan pertanian di dunia selama lebih dari 50 tahun.
Walaupun pestisida pada umumnya telah terbukti memberikan manfaat yang sangat nyata bagi dunia pertanian, namun hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan pestisida perlu diperhatikan untuk menghindari dampak yang merugikan kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam perspektif inilah pelatihan kepada para pengguna sangat diperlukan Penggunaan herbisida yang aman, bertanggung jawab, serta yang sesuai dengan rekomendasi peruntukannya merupakan cara yang efektif dalam pengelolaan risiko penggunaanya. Untuk itulah, pengguna herbisida perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengaplikasikan herbisida di lahan perkebunan.
Salah satu program yang perlu dilakukan untuk menjamin penggunaan herbisida secara aman dan bijaksana adalah pelatihan kepada tenaga-tenaga lapangan yang mengaplikasikan herbisida. Pelatihan penggunaan herbisida merupakan salah satu unsur dari suatu upaya yang lebih luas yang dikenal sebagai penatalayanan produk (product stewardship).
Penatalayanan produk adalah suatu bentuk pengelolaan produk pestisida secara bertanggung jawab dan beretika, sejak produk tersebut ditemukan sampai dengan penggunaan akhir dan proses selanjutnya. Hal ini berarti bahwa sejak penemuan, penelitian, pembuatan, pendistribusian produk, penggunaan produk tersebut oleh petani atau pengguna sampai proses pemusnahan limbah haruslah dilakukan secara aman. Keamanan manusia dan lingkungan merupakan prioritas utama dari program ini.
Pelatihan bagi tenaga penyemprot herbisida di perkebunan dilaksanakan dengan dua pendekatan yaitu penyampaian teori di kelas dan praktek aplikasi langsung di lapangan. Materi pelatihan yang disampaikan meliputi pemahaman tentang peraturan dan perizinan pestisida di Indonesia, pencegahan keracunan, internalisasi Lima Aturan Emas (Five Golden Rules), prosedur pertolongan darurat, penyemprotan yang aman dan efektif, teori dan praktik kalibrasi, serta evaluasi pelatihan. Adapun materi inti dari Lima Aturan Emas adalah pemahaman label, penanganan pestisida secara hati-hati, perawatan peralatan aplikasi (sprayer), kebersihan diri, dan penggunaan pakaian dan alat pelindung sebagai langkah terakhir.
Pelatihan produk herbisida tidak saja diberikan kepada para pengguna/ tenaga penyemprot, tapi diberikan juga kepada karyawan di jaringan distribusi herbisida seperti kios pengecer, karyawan di gudang penyimpanan herbisida dan pihak-pihak lainnya yang bersentuhan dengan pengelolaan herbisida.
Dalam hal ini, produsen herbisida seperti Syngenta juga memberikan pelatihan kepada tenaga medis dan paramedis agar cakap menangani kasus-kasus keracunan karena penggunaan herbisida yang tidak tepat. Pelatihan tentang penanganan dan penggunaan pestisida yang dilaksanakan di perkebunan khususnya di perkebunan kelapa sawit sangat mendukung perkebunan sawit untuk mendapatkan sertifikat ISPO maupun RSPO.
Pelatihan penggunaan herbisida secara aman dan bertanggung jawab merupakan suatu langkah mendasar untuk menjamin produk-produk tersebut digunakan secara tepat sesuai dengan rekomendasi penggunaanya. Pelatihan kepada para pengguna pestisida merupakan tanggung jawab bersama dari pihak perkebunan, produsen, lembaga swadaya masyarakat, dan pihak-pihak lain yang peduli dengan kesehatan dan keselamatan manusia dan perlindungan lingkungan.
Dengan demikian perkebunan kelapa sawit dapat memperoleh manfaat yang nyata dan berkesinambungan serta mencegah risiko terhadap kesehatan tenaga kerja yang menangani dan menggunakan herbisida. Akhirnya herbisida benar-benar berkontribusi terhadap penghematan biaya dalam upaya pemeliharaan tanaman dan perlindungan lingkungan secara berkelanjutan.
Oleh: Vicki Rizki Arneldi Stewardship Manager Syngenta