Program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) memiliki dampak ganda bagi rumah tangga pelaku Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA). Hal yang sama juga akan dialami oleh rumah tangga pelaku SISKA di kawasan Purnama Kempas yang dikenal sebagai kawasan sentra perkebunan sawit dan peternakan sapi serta kompos. Rumah tangga tidak hanya akan kehilangan sumber pendapatan dari kelapa sawit akibat terhentinya produksi TBS tetapi kinerja usaha ternak sapi akan terganggu akibat hilangnya sumber hijauan pakan antar tanaman kelapa sawit.
Selama ini pelaku SISKA memanfaatkan lahan perkebunan kelapa sawit sebagai areal pengembalaan dan sumber rambanan hijauan untuk pemenuhan pasokan kebutuhan ternak sapi potong yang dipelihara. Persiapan masyarakat kawasan Purnama Kempas untuk menghadapi program PSR berkerja sama dengan Universitas Jambi telah banyak dilakukan antara lain budidaya pertanian (sayuran dan hortikultura, rimpang jahe merah, pisang Cavendish) organik memanfaatkan kompos produksi kelompok tani, jamur tiram dan lain-lain. Khusus untuk peternakan sapi potong selama satu tahun belakangan telah dikembangkan sumber pakan ternak pengganti mulai dari budidaya rumput unggul (Zanzibar dan Odot), pemanfaatan limbah pisang, pelepah sawit dan lumpur pabrik kelapa sawit, serta yang terakhir pemanfaatan biomas pohon sisa tebangan kelapa sawit berupa rajangan empelur dan pelepah pohon kelapa sawit.
Program ISQM (Investasi Syariah Qurban Multi Manfaat) merupakan salah satu program yang sudah diuji coba selama 2 tahun (sejak 2020) melalui program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPUD) Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPRM) Kemendikbudristek RI. Program ISQM awalnya dikembangkan untuk meningkatkan pasokan limbah padat kandang sebagai bahan baku utama industri kompos perdesaan melalui penggalian dana investasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah untuk akselerasi pertumbuhan populasi ternak sapi. Pada program ISQM melibatkan 3 entitas yaitu peternak sapi mitra, lembaga perantara dan shohibul (peserta) qurban ditujukan untuk memperpendek rantai pasokan ternak sapi khususnya untuk kebutuhan ibadah qurban pada hari raya idul adha. Menurut Dr. Ir. Ardi Novra, MP selaku penggagas program ISQM, para shohibul qurban tidak hanya mendapatkan jaminan ternak sapi siap potong yang sesuai dengan syariat tetapi juga dengan harga yang lebih rendah (sekitar 14,59%) dibanding harga pembelian saat menjelang ibadah qurban. Sesuai dengan prinsip dasar investasi, maka konsekuensinya shohibul qurban diwajibkan melunasi pembayaran beberapa bulan lebih awal (3 – 6 bulan) tergantung skema investasi yang disepakati.
Drs. Agus Syarif, MBS selaku Direktur Badan Layanan Umum (BPU) Universitas Jambi setelah mendengar pemaparan dan mempelajari konsep menyatakan tertarik untuk mengambil peran sebagai lembaga perantara dalam bisnis jasa ISQM. Menurutnya bisnis ini memiliki potensi dan prospek yang menjanjikan karena besarnya permintaan ternak sapi qurban dan cenderung meningkat dari tahun ketahun. Untuk Kota Jambi saja dengan jumlah RT mencapai 1.648, dan dengan asumsi rata-rata kebutuhan sapi qurban 2 – 3 ekor/RT maka setiap tahun dibutuhkan pasokan sapi qurban minimal 3.300 ekor. Berdasarkan data Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), perkiraan qurban di Indonesia pada tahun 2021 dengan jumlah shahibul qurban 2,19 juta orang adalah 414.000 ekor sapi dan 1,26 juta kambing. Angka ini meningkat dari tahun 2018 dimana jumlah hewan Qurban mencapai 1.224.284 ekor yang terdiri dari 342.261 ekor sapi, 11.780 ekor kerbau, 650.990 ekor kambing, dan 219.253 ekor domba. Menurut BAZNAS, potensi ekonomi qurban tahun 2022 mencapai 31,6 triliun rupiah atau meningkat 74% dari potensi tahun 2021. Potensi ekonomi tersebut berasal dari 2,61 juta shohibul qurban dan sekitar 2,1 juta hewan kurban yang disembelih yang terdiri atas 1,6 juta ekor domba/kambing dan 521 ribu ekor sapi.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 136)