Indonesia berpeluang menguasai pasar sawit di kawasan Eurasian seperti Rusia dan negara-negara sekitarnya. Ada potensi kebutuhan sawit lebih dari satu juta ton di kawasan tersebut.
Kawasan Euroasian menyimpan potensi untuk menjadi pasar utama produk sawit Indonesia, selain negara-negara Uni Eropa. Potensi kebutuhan sawit di Euroasian dapat mencapai satu juta ton yang sebagian besar ditujukan kepada Rusia.
Eddy Martono Rustamadji, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), berkesempatan berbicara dalam dialog bisnis Eurasian Economic Union (EAEU) – Indonesia. Dialog ini merupakan bagian dari rangkaian acara Eurasian Economic Forum yang berlangsung di Moskow, 24-25 Mei 2023.
Yang menarik adalah Indonesia menjadi satu-satunya negara di luar Eurasia yang diundang dalam forum tahunan ini. Forum strategis ini dihadiri 2.700 peserta dari 50 negara untuk meningkatkan hubungan dagang antara Indonesia dengan Rusia serta negara Eurasia lainnya seperti Kazakhstan, Belarus, Kyrgyztan, dan Armenia.
“Indonesia menjadi satu-satunya negara di luar Eurasia yang diundang dalam forum ini. Dalam hal ini, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) diminta mewakili industri sawit Indonesia. Di forum ini, kami menyampaikan keunggulan minyak sawit Indonesia kepada peserta dari Rusia dan negara lain,” ujar Eddy Martono. Hadir pula pengurus GAPKI yaitu Sanny Anthony (Wakil Ketua Umum I) dan M.Fadhil Hasan (Ketua Bidang Luar Negeri).
Eddy Martono menjelaskan bahwa Forum Ekonomi Eurasian sangat penting meningkatkan ekspor sawit ke Rusia dan negara lain. Pada 2022, volume ekspor produk sawit Indonesia ke Rusia mencapai 668.340 ribu ton.
“Jadi, Indonesia diundang dalam forum ini untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pariwisata, UKM, dan kelapa sawit,” jelas Eddy Martono.
Dalam dialog bisnis EAEU (Eurasian Economic Union) – Indonesia, Eddy Martono menguraikan posisi Indonesia sebagai eksportir produk sawit terbesar di dunia yang berkontribusi sekitar 60%. Selain itu dijelaskan pula luas perkebunan sawit Indonesia mencapai 16,38 juta hektare dimana terdapat perkebunan rakyat sekitar 40 persen.
“Selain menjadi produsen terbesar, Indonesia adalah konsumen sawit terbanyak di dunia. Minyak sawit yang dihasilkan Indonesia sudah terbukti berkelanjutan dan memiliki manfaat positif bagi kesehatan,” jelas Eddy.
Ekspor produk sawit dari Indonesia ke kawasan Euroasia berpotensi mencapai 1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur. Sebagian besar kebutuhan sawit dari Rusia. Berdasarkan data GAPKI, volume ekspor sawit ke Rusia sebesar 668.340 ribu ton pada 2022.
“Ekspor sawit Indonesia ke Rusia masih di bawah satu juta ton. Masih ada peluang besar untuk dapat meningkatkan volume ekspor sawit ke Rusia dan negara Eurasia lainnya,” kata Eddy Martono.
Sebelum perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 2022, volume ekspor produk sawit Indonesia ke Rusia memiliki tren positif dalam tiga tahun terakhir. Pada 2021, ekspor sawit Indonesia ke Rusia sebesar 695.570 ton. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan periode 2019 dan 2020 masing-masing 660.290 ton dan 684.470 ton.
Eddy optimis Indonesia dapat memasok 1 juta ton sawit ke Rusia karena hubungan kedua terjalin baik selama ini. Namun upaya mencapai target eksportadi, dijelaskan Eddy, menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, mekanisme pembayaran ekspor sawit yang terkena dampak Perang Rusia-Ukraina.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 140)