• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Tuesday, 21 March 2023
Trending
  • Presiden Tinjau Food Estate di Papua
  • Perkebunan Kelapa Sawit Membangun Jalan Provinsi
  • Dukung Pemerintah, Minamas Plantation Hibahkan 20 Ribu Benih Sawit Icalix Ke Petani Honduras
  • GAPKI Kalbar Berkomitmen Pemeliharaan Jalan Provinsi
  • Wujudkan Riau Bebas Asap Tahun 2023
  • UMKM Menjadi Raja di Marketplace Lokal
  • Itjen Kementan Berkolaborasi Dengan Pemda Banyuasin Jaga Pangan
  • Indonesia Membantu Bibit Kelapa Sawit Ke Ratusan Petani Kecil Honduras
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Mencapai Green Energy Melalui PKS Steamless
Artikel

Mencapai Green Energy Melalui PKS Steamless

By Redaksi SI9 months ago3 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Dr. Rio
Dr. Rio
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Jika selama ini pabrik kelapa sawit (PKS) dipandang sebagai salah satu sumber penyebab emisi gas rumah kaca (Green House Gas) maka saat ini sebenarnya telah ditemukan solusi pengelolaan PKS yang dapat menekan efek gas rumah kaca tersebut. Jika PKS konvensional yang ada saat ini telah berusia sekitar lebih dari 100 tahun ,tepatnya PKS konvensional ditemukan sekitar tahun 1922 dengan memakai sistem sterilization (steam) untuk melunakkan jaringan serat sawit dan mematikan enzyme lipase sehingga memerlukan air dan energi dalam jumlah yang besar.

 Teknologi konvensional ini sesungguhnya menyisakan persoalan lingkungan dan sustainability yang sering tidak terkelola dengan baik dan pada akhirnya menimbulkan persoalan hukum. Kondisi tersebut terjadi karena PKS konvensional menghasilkan limbah cair yang tinggi dan perlu pengelolaan yang extra hati-hati, seperti misalnya pembuatan dokumen AMDAL yang tepat hingga penempatan dan pengawasan kolam limbah yang juga tentunya memakan biaya yang cukup besar dan memerlukan areal pabrik yang besar dan tidak fleksibel ( mengingat ada kondisi tertentu yang harus dipenuhi seperti harus dekat dengan sungai misalnya).

PKS konvensional yang menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) sebagai produk pengolahannya memerlukan proses tambahan dan memerlukan investasi teknologi ‘water washing’ guna menghilangkan atau setidaknya menurunkan kandungan Chlorine sehingga tentunya akan menyebabkan tambahan biaya produksi. Persoalan sebagaimana diuraikan diatas tersebut dapat diselesaikan sekaligus dengan model pabrik minyak kelapa sawit tanpa uap (model steamless). PKS steamless ini merupakan bentuk revolusi tehnologi terkini dan terbarukan dari pengelolaan PKS berkelanjutan (Pengelolaan PKS yang lestari) itu sendiri.

PKS steamless selain merupakan solusi ramah lingkungan untuk menjawab persoalan lingkungan, juga pada aspek lainnya biaya operasional PKS steamless (OPEX) lebih rendah dibanding PKS konvensional demikian juga PKS steamless akan menghasilkan yield yang lebih bagus dan lebih tinggi serta akan menghasilkan food grade dari olahan CPO yang lebih baik. Operasional PKS steamless ini sejalan dengan konsep green growth economy yang telah menjadi best practices bagi pengelolaan industri kelapa sawit.

Green Growth Economy

Dalam hal ini paradigma green growth economic dengan asas triple bottom line harus dituangkan dalam peraturan konkred sebagai parameter implementasinya di dalam masyarakat. Esensi dari green growth economic adalah restorasi, mengingat tidak mungkin dicapai kelestarian (sustainability) tanpa adanya restorasi (pemulihan lingkungan). Jadi dalam hal ini triple bottom line merupakan asas atau prinsip dasar dari green growth economic itu sendiri. Dapat dikatakan dalam hal ini bahwa paradigma green growth economic dijabarkan dalam tiga asas yang tercantum dalam triple bottom line sebagaimana disepakati dalam Konvensi Yohannesburg pada tahun 2002.

Triple bottom line yang mendasari paradigma green growth economic terdiri dari unsur people, profit dan planet. People, artinya bahwa tidak boleh ada eksploitasi manusia pada pemanfaatan sumberdaya alam karena pada esensinya pemanfaatan sumber daya alam harus dapat dipergunakan untuk kesejahteraan sebanyak mungkin manusia. Planet, artinya pemanfaatan sumberdaya alam tidak boleh merusak lingkungan atau menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (degradasi lingkungan). Pada aspek planet inilah terletak esensi restorasi lingkungan dari pemanfaatan sumberdaya alam, jadi dalam paradigma green growth economic, bahwa sumberdaya alam tidak sekedar dieksploitasi tetapi juga dibarengi dengan tindakan restorasi sebagai bentuk pemulihan kualitas lingkungan. Aspek ini mewakili pemaknaan istilah ‘green’ dalam paradigma green growth economic.

(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 128)

Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

Menghadapi Program PSR: Peternak Pelaku SISKA siap Berkolaborasi dengan BPU Universitas Jambi dalam Bisnis Jasa ISQM

2 weeks ago Artikel

Menghadapi Program PSR: Peternak Pelaku SISKA siap Berkolaborasi dengan BPU Universitas Jambi dalam Bisnis Jasa ISQM

4 weeks ago Artikel

Prospek Perkebunan Kelapa Sawit Pasca Perpu 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Dan Berakhirnya UU No. 11 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja

1 month ago Artikel

Resesi Global, Peluang Atau Ancaman Bagi Industri Sawit

2 months ago Artikel

Monitoring Dana Replanting Sawit Menggunakan Teknologi Berbasis Foto Citra Satelit dan Remote Sensing Berbasis Geo AI

4 months ago Artikel

DMO dan Penghapusan Pungutan Ekspor untuk Siapa?

5 months ago Artikel

Peranan Agronomy Researcher Dalam Memajukan Perkebunan Kelapa Sawit

7 months ago Artikel

Peran Industri Sawit dalam mendukung Capaian Target Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui Penerapan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil)

8 months ago Artikel

Menyoal Kebijakan Satu Peta

9 months ago Artikel
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 4 weeks ago2 Mins Read
Event

Diskusi Hybrid Strategi Indonesia Menjadi Barometer Harga Sawit Dunia

Event 3 weeks ago2 Mins Read
Latest Post

Presiden Tinjau Food Estate di Papua

3 hours ago

Perkebunan Kelapa Sawit Membangun Jalan Provinsi

4 hours ago

Dukung Pemerintah, Minamas Plantation Hibahkan 20 Ribu Benih Sawit Icalix Ke Petani Honduras

5 hours ago

GAPKI Kalbar Berkomitmen Pemeliharaan Jalan Provinsi

5 hours ago

Wujudkan Riau Bebas Asap Tahun 2023

6 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version