Berbagai penelitian pada lahan gambut global menujukan bahwa emisi GHG lahan gambut sangat bervariasi tergantung pada bahan pembentuk gambut, land cover, jenis tanaman, manajemen drainase dan tehnik budidaya (Oleszczuk, et.al.2008, Kheong, et.al.2010; Melling, et.al.2005;2007;2010; Hirano, et.al.2007;2011; Khol, et.al.2011; Jauhianen, et.al.2004; Hooijer, et.al.2006), dan tergantung metodologi/pendekatan yang digunakan yakni flux approach atau stock approach (Khoon, et.al.2005).
Seacra alamiah lahan gambut menghasilkan CO2 (dan CH4) dari proses dekomposisi bahan organik dan respirasi mikroorganisme yang ada dalam gambut (Perish, et.al. 2007; Fahmuddin et.al.2008). Dengan perkataan lain lahan gambut tanpa diintervensi manusia pun (misalnya untuk lahan pertanian/perkebunan) emisi CO2 dari lahan gambut tetap terjadi dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme. Dan hal ini adalah bagian dari mekanisme pelestarian kehidupan mikroorganisme yang ada dalam lahan gambut dan tidak seharusnya dipersoalkan dalam kaitannya dengan emisi GHG global. Mikroorganisme juga bagian dari plasma nutfah global yang berhak hidup.
Dekomposisi dan respirasi mikroorganisme di lahan gambut tropis secara alamiah lebih besar dari pada di lahan gambut non tropis.Akibatnya jumlah emisi CO2 dilahan gambut tropis untuk setiap hektar lebih tinggi dari pada lahan gambut non tropis. Menurut Couweberg (2009); Couwenberg, et.al. (2009) dan Jossten (2009) mengemukaan bahwa emisi CO2 hutan di lahan gambut menurut ekosistem berturut-turut: tropis (40), Sub tropis (30), tempreate (20) dan Boreal (7) ton CO2 perhektar pertahun. Namun mengingat lahan gambut tropis hanya sekitar 12 persen dari total luas gambut global (Strack, 2008) emisi CO2 dari lahan gambut tropis secara total lebih kecil dari emisi CO2 total non tropis.
Dari total lahan gambut global seluas 385 juta hektar, sekitar 300 juta hektar telah digunakan untuk kegiatan pertanian, dimana didaerah tropis sekitar 12 persen dan didaerah non tropis 88 persen (Strack, 2008). Menurut perhitungan Strack (2008) emisi CO2 lahan pertanian gambut tropis adalah 70 ton CO2/ha/tahun (lebih tinggi dari estimasi Joosten, 2009 yakni 40 ton CO2/ha/tahun). Sedangakan emisi CO2 lahan pertanian non tropis adalah 15 ton CO2/ha/tahun (lebih rendah dari estimasi, Joosten, 2009 yakni 25-35 ton CO2/ha/tahun). Jika dihiyung secara global maka perbandingan emisi CO2 dari lahan pertanian gambut tropis dan non tropis menunjukan bahwa total emisi lahan pertanian gambut non tropis masih jauh lebih besar dari total emisi CO2 lahan pertanian gambut tropis.
Sumber : Indonesia Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan Global, GAPKI 2013