KUNMING, SAWIT INDONESIA – Petani sawit tidak tinggal diam dengan aturan bermodus lingkungan seperti EUDR (EU Deforestation Free Regulation) dan lainnya. Ibarat team, petani sawit mengambil peran diplomasi perdagangan internasional, seperti apa yang dilakukan petani sawit di China, setelah sebelumnya ke Itali, Swiss, Madrid, Belanda dan Pakistan.
Bersamaan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Tiongkok, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) juga melakukan diplomasi dengan pihak pembeli dari Tiongkok untuk lebih mengutamakan minyak sawit dan membelinya lebih banyak lagi.
Rino Afrino, Sekjen DPP APKASINDO, menjelaskan bahwa hubungan Indonesia dengan Tiongkok selama 73 tahun bukanlah hubungan dagang biasa melainkan sebagai sahabat dan keluarga.
“Kami petani sawit berterima kasih selama ini Tiongkok menjadi pembeli terbesar minyak sawit Indonesia dan petani sawit sangat tertolong atas hubungan perdagangan ini, karena sektor hulu industri sawit 42% dikelola oleh petani sawit Indonesia,” ujar Rino saat dihubungi langsung dari Kunming.
Rino menjelaskan bahwa volume pembelian minyak sawit dari Indonesia dapat ditingkatkan lantaran kebutuhan minyak nabati China sangat besar. Tingginya permintaan minyak sawit ini ditopang besarnya jumlah penduduk yang mencapai 1,4 Milliar.
Delegasi APKASINDO dipimpin Rino Afrino yang didampingi Divisi Komunikasi dan Sosial Media, Goldameir Mektania, B.Com, MIH.
ikut menghadiri dan berbicara di The 14th China International Cereals and Oils Industry Summit, Kunming-China pada 26 – 28 Juli 2023.
APKASINDO dipercaya oleh pemerintah melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) untuk mengirimkan delegasinya.
Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi melalui Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Mochammad Firman Hidayat, mengatakan kunjungan delegasi Indonesia ini merupakan tindak lanjut kunjungan kerja Kemenkomarves sebelumnya ke Tiongkok, untuk memenuhi permintaan peningkatan ekspor CPO (crude palm oil) Indonesia ke Tiongkok.
Selain APKASINDO, adapula delegasi Indonesia yang ikut hadir Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), Apolin (Asosiasi Oleochemicals Indonesia), dan GIMNI (Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia).
Goldameir Mektania melakukan pemaparan di depan ratusan peserta yang terdiri dari para perwakilan pemerintah, pengusaha, dan buyer dan trading dari China, US, Australia, Kanada, dan beberapa negara lainnya.
Pengalaman Golda sebagai petani sawit dari Kalimantan Tengah diuraikan dalam penyampaian fakta pentingnya kelapa sawit bagi Indonesia khususnya kehidupan petani kelapa sawit.
“Ada 5 juta petani,10 juta keluarga petani dan 13 juta pekerja yang menggantungkan hidupnya di kelapa sawit, dengan luasan mencapai 7 juta ha dari total area 16,3 juta ha luas sawit di Indonesia tersebar di 22 provinsi dan 146 kabupaten. Kami telah mendapatkan kesejahteraan karena kelapa sawit,” urai Golda.
Dilatakan Golda, saat petani sawit telah memasuki generasi kedua dengan tingkat pendidikan yang lebih baik sehingga telah naik kelas dengan mengadopsi prinsip prinsip kelapa sawit berkelanjutan, melakukan optimalisasi produksi dua kali lipat melalui replanting atau Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Penguatan Kelembagaan serta Kemitraan, dan Peningkatan SDM petani dan anak petani sawit.
Pemaparan ini ternyata sangat membuka mata bagi kebanyakan peserta yang hadir karena baru kali ini mereka mendapatkan pemahaman langsung dari petani sawit.
“Respon positif dari peserta sangat besar setelah mendengarkan paparan tersebut, mereka mendatangi kami, ingin mengetahui lebih lanjut dan melakukan kunjungan ke kebun sawit Indonesia” pungkas Goldameir.