MHE-Demag Indonesia lama dikenal sebagai perusahaan perusahaan manufaktur dan distributor material handling. Segmen utama produk perusahaan adalah crane sekitar 60%. Mayoritas pabrik sawit menggunakan Crane produksi MHE-Demag.
Semenjak 1976, MHE-Demag Indonesia atau sebelumnya dikenal PT MHE-Dewana Indonesia mendukung pembangunan industri di Indonesia melalui produksi beragam alat di bidang material handling. Fasilitas produksi perusahaan di Surabaya menempati lahan seluas 10.000 m2 dan menyerap tenaga kerja sebanyak 200 orang antara lain engineer, staff support, dan manufaktur.
PT MHE-Demag Indonesia yang merupakan hasil kerjasama antara Jebsen & Jessen South East Asia (SEA) dan Terex merayakan 40 tahun perjalanannya di Indonesia. “40 tahun sebuah pencapaian yang signifikan. Pencapaian ini hasil kepercayaan pelanggan yang memberikan kesempatan untuk menyediakan solusi bagi kebutuhan mereka,” kata Robertus Cangkrama, General Manager Sales MHE-Demag Indonesia.
Dalam satu bulan, kapasitas produksi mencapai 30 unit crane. Artinya, dalam satu tahun perusahaan bisa menghasilkan sekitar 300 unit. Robertus Cangkrama menjelaskan bahwa produk MHE Demag ditujukan kepada pasar domestik. Pasar penjualan crane lebih banyak ditujukan kepada industri manufaktur khususnya otomotifd dan komponen pendukungnya terbanyak. Disusul sektor pertambangan maupun minyak dan gas bumi, berikutnya sektor agribisnis seperti pabrik kelapa sawit.
Perusahaan mampu memproduksi crane dengan kapasitas mulai 0,5 ton sampai 250 ton. Dengan harga jual bervariasi sesuai kapasitas crane yaitu Rp 30 jutaan hingga Rp 20 miliar.
“Harga crane bervariasi sebab crane yang kami buat bisa customize. Maka, tidak semua dapat dipatok secara general,” ujar Robertus.
Menurut Robert, daya tahan crane buatan MHE Demag sudah teruji dan mampu bertahan sampai puluhan tahun. Asalkan pengguna produk bisa melalukukan perawatan dan pemakaian dengan baik. Produk Cranes dan komponen lain yang dihasilkan perusahaan adalah Overhead Travelling Crane, Gantry Cranes, Slewing Jib, Special (custom) Cranes, Explosion Proof Cranes, Chain Hoist, Rope Hoist, Air Hoist, dan Winches.
Mancheri Viswanath, General Manager Fulfillment MHE-Demag Indonesia menjelaskan perusahaan melayani perbaikan dan perawatan crane yang sudah lama dipakai oleh konsumen. Tidak hanya crane buatan MHE-Demag tetapi melayani perbaikan merek lain dan berbagai kapasitas. “Kami memberikan servis ke berbagai sektor industri. Diservis tetapi direkondisi, seluruh merek kami bisa, ini merupakan strategi market kami pula,” ujarnya.
Menurut Robertus, perusahaan tidak menjual produknya ke pasar ekspor lantaran semua anak usahanya berada hampir di setiap negara-negara Asia Tenggara. Saat ini, cabang MHE-Demag berada di 60 kantor tersebar di kawasan Asia Pasifik dan 22 cabang berlokasi di Indonesia.
Selain Cranes dan komponen, perusahaan juga menyediakan peralatan pergudangan antara lain hand pallet truck sederhana, stackers, forklift di dalam dan luar gedung , dan lift truck tercanggih untuk lorong yang sempit. Perusahaan juga menyediakan solusi untuk perawatan bangunan seperti gondola dengan ukuran berbagai macam. Ada pula solusi lain untuk atria, skylight, dan kanopi bangunan dengan fall arrest safety line, sistem tangga, dan gantry.
Di saat melemahnya perekonomian nasional, perusahaan menjalankan strategi untuk dapat bersaing dan bertahan di pasar. Menurut Robertus, banyak crane impor yang menjajaki penjualan di Indonesia. Itu sebabnya, MHE-Demag menghasilkan produk sesuai kebutuhan konsumen (customize) sebagai contoh terdapat permintaan dari pabrik kelapa sawit untuk crane yang bisa pindah jalur.
“Jadi, kami ingin membuktikan kepada konsumen untuk bisa customize di banyak hal,” jelasnya.
Strategi lain, menurut Robertus, sudah dibangun hubungan dan komunikasi diantara kelompok bisnis Jebsen & Jessen. Tujuannya, diantara anak perusahaan dapat sharing informasi pasar sehingga membantu penjualan unit mereka. Inovasi lainnya adalah perusahaan mengembangkan sistem perpakiran mekanik atau otomatis yang lebih handal dan efisien. “Sekarang ini, lahan parkir telah menjadi kebutuhan di kota besar,” kata Robertus.
(Selengkapnya silakan baca di Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Juni-15 Juli 2016)