JAMBI, SAWIT INDONESIA – Kunjungan delegasi negara Uni Eropa ke Jambi menunjukkan bahwa industri sawit sangat terbuka dan tidak menutupi tata kelola di perkebunannya. Indonesia punya komitmen kuat untuk menjalankan prinsip sustainaility.
Dono Boestami, Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) menuturkan Eropa tetap menjadi yang penting bagi Indonesia karena menempati konsumen ketiga terbesar setelah India dan Tiongkok. Sementara itu, Uni Eropa juga tetap memerlukan Indonesia sebagai mitra bisnis di kawasan Asia Tenggara.
“Disinilah perlunya mutual understanding dan mutual respect. Karena sawit menjadi dasar penting bagi kita. Boikot belum tentu menguntungkan salah satu pihak. Bisa-bisa keduanya rugi,” kata Dono dalam perbincangan bersama media, Minggu malam (15 April 2018).
Menurut Dono, kedatangan delegasi Uni Eropa ke perkebunan sawit di Jambi menunjukkan bahwa Indonesia sangat transparan dan tidak ada praktik perkebunan yang ditutupi.
“Kita ini kurang transparan apa. Mereka (delegasi Uni Eropa) difasilitasi untuk melihat langsung perkebunan sawit. Ibaratnya mereka melihat dapur sawit kita,”jelas Dono.
Ditambahkan Dono,” kunjungan ini juga memberikam kesempatan kepada delegasi untuk melihat langsung kelapa sawit. Sebab, belum tentu mereka pernah melihat sawit.”
Dono menuturkan Eropa sebaiknya mempertimbangkan andaikata ekspor berhenti yang susah petani sawit juga karena mereka hidup dari berjualan buah sawit. Lain halnya dengan perusahaan besar yang punya bisnis lain. “Tapi apakah mereka (Uni Eropa) memikirkan petani kita juga kalau concern seharusnya tidak lakukan penghapusan.”
Dono juga meminta pertimbangan negara Eropa apabila menghapuskan sawit, maka mereka harus mencari sumber bahan baku minyak nabati dengan produktivitas rendah dan butuh lahan lebih luas.
“Kalau sawit disetop ke eropa, apakah mereka dapar mencari pengganti dengan minyak nabati lain? Dimana lahan untuk mengganti? Karena otomatis harus tambah luas kebun,” ujarnya.
Delegasi UE dipimpin oleh Duta Besar UE untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Guerend dan disertai Duta Besar Austria untuk Indonesia Helene Steinhausl, Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Kyle OSullivan, Duta Besar Polandia untuk Indonesia Beata Stoczyska, dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar-Skoog.
Adapula Climate Change and Environment Counsellor UE Michael Bucki, Senior Advisor Kedutaan Besar Denmark Per Rasmussen, Head of Division Science and Technology Kedutaan Besar Jerman Edmond Svann-Marie Langguth, Head of the Economic Department Kedutaan Besar Belanda Siebe K Schuur, dan UK Lead Forestry Adviser Kedutaan Besar Inggris Paul Eastwood.