Program Desa Bebas Api Asian Agri sukses mendampingi sembilan desa semenjak tahun lalu, supaya kebakaran lahan bisa ditekan. Pada 2016, angka luasan kebakaran berkurang hampir 72% di seluruh desa tadi. Tahun ini, Asian Agri akan merangkul 7 desa baru di Riau dan Jambi untuk menambah keterlibatan desa.
“Kita harus ubah paradigma dari pemadaman menjadi pencegahan. Cara ini (pencegahan) paling efektif mencegah kebakaran. Salah satunya membangun kemitraan dan kerjasama dengan desa,” kata Montty Girianna, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pernyataan ini diungkapkannya dalam penyerahan penghargaan Desa Bebas Api Asian Agri pada 22 Agustus 2017, di Riau. Program Desa Bebas Api (DBA) adalah inisiatif Asian Agri yang melibatkan Masyarakat Peduli Api untuk pencegahan mencegah kebakaran di lingkungan tempat tinggal mereka. Program ini resmi berjalan semenjak 22 Maret 2016 yang melibatkan sembilan desa di Riau dan Jambi.
Kesembilan desa tersebut yakni Desa Delik, Desa Lalang Kabung, Desa Rantau Baru, Desa Lubuk Ogong, Desa Tambak, Desa Segati, Desa Sotol di Riau. Sedangkan di Jambi terdapat dua desa: Desa Lubuk Lawas dan Desa Lubuk Bernai. Zulbahri, Manager Sustainability Asian Agri, menjelaskan bahwa program Desa Bebas Api diadopsi dari program pengendalian kebakaran lahan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) – perusahaan yang masih terafiliasi dengan Asian Agri.
“Kami belajar dan mengadopsi program tersebu dari RAPP [Riau Andalan Pulp and Paper]. Jadi kami belajar konsep mereka lalu disesuaikan dengan perkebunan sawit,” kata Zulbahri.
Menurut Zulbahri, program Desa Bebas Api bisa berhasil karena pola pendampingan yang intensif dan kuat di desa. Proses pendampingan dijalankan masyarakat desa langsung di bawah pimpinan seorang crew leader (pimpinan kru) atau koordinator desa binaan Asian Agri. Koordinator berasal dari warga desa setempat yang diusulkan kepala desa.
“Mereka diusulkan oleh kepala desa. Berikutnya kami yang seleksi dan menunjuk mereka sebagai koordinator,” ujar Zulbahri.
Koordinator ini bertugas mengedukasi masyarakat setempat dan melaporkan kondisi desa setempat secara harian. Laporan ini disampaikan melalui grup WhatsApp untuk bertukar komunikasi antar koordinator. “Perusahaan memberikan gaji bulanan kepada setiap koordinator,” ujar Zulbahri.
Di Riau, ada tujuh koordinator yang mendampingi desa bebas api. Montty Girianna mengapresiasi inisiasi Asian Agri yang melibatkan sejumlah desa rawan kebakaran di Riau dan Jambi, karena desa punya kontribusi besar dalam dalam pencegahan kebakaran. Model kemitraan ini dibutuhkan untuk memperkuat kerjasama mencegah dampak buruk karlahut.
“Kebakaran lahan merupakan bencana nasional dimana penanganannya membutuhkan peran serta dari seluruh elemen bangsa. Dalam hal ini, kerja sama antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat dibutuhkan untuk memastikan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan optimal,” ujar Montty.
Desa Bebas Api melibatkan sembilan desa seluas 306.664 hektare. Program ini menekan angka kebakaran dari 13,75 hektare pada 2015 turun 72% menjadi 7,98 hektare. Turunnya luasan kebakaran tidak terlepas dari iklim yang baik pada tahun lalu. Selain itu, masyarakat desa binaan Asian Agri berkomitmen dalam menjaga wilayahnya.