November 1987, Pemerintah mendirikan Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) di Jakarta. BPPM dimasukan dalam bagian AP3I. Nama BPPM berubah lagi menjadi Puslitbun Medan. Alhasil ada tiga Puslitbun di Sumatra Utara (Sumut) yang berada dibawah kendali AP3I. Dua lagi adalah Puslitbun Marihat di Simalungun yang konsen soal kelapa sawit dan Puslitbun Bandar Kuala di Deli Serdang yang fokus pada tanaman kelapa.
Februari 1992, Puslitbun Marihat dan Puslitbun Bandar Kuala dilebur menjadi Puslitbun Marihat-Bandar kuala. Puslitbun ini konsen soal kelapa sawit dan kelapa. Masih ditahun yang sama, dua Puslitbun ini dilebur bersama Puslitbun Medan. Namanya menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berkantor di Medan. Komandan pertama PPKS ini adalah Kabul Pamin.
Seiring waktu, PPKS Medan mulai melebarkan sayap dengan mendirikan komplek perkebunan dan kebun percobaan yang tersebardi wilayah Sumut dan daerah lain di luar Sumut. Ragam varietas bibit pun sudah dihasilkan. Hingga saat ini, setidaknya ada 8 varietas bibit kelapa sawit yang sudah dihasilkan oleh PPKS. Varietas ini masuk dalam 4 koloni bibit; Dumpy (Dy x P SP-1 Dumpy), SP 540 (DxP AVROS, DxP Simalungun, DxP PPKS 540), Yangambi (DxP Yangambi, DxP PPKS 718, DxP PPKS 239) dan Langkat (DxP Langkat).
Tapi seiring waktu dan perkembangan jaman, urusan pengadaan bibit kelapa sawit, PPKS tidak lagi hanya bersaing dengan Socfindo maupun London Sumatera Plantation (Lonsum), tapi juga sudah berkompetisi dengan bibit hasil penelitian perusahaan-perusahaan swasta lain yang belakangan menambah daftar panjang dan warna industri kelapa sawit Indonesia.
Penulis : Abdul Aziz