1.Penulis adalah Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy (PASPI)
2. Artikel ini dipublikasikan untuk dua edisi. Bagian pertama dipublikasikan edisi 15 Juli-15 Agustus 2018. Bagian Kedua diterbitkan edisi 15 Agustus-15 September 2018
|
Oleh
Dr. Ir. Tungkot Sipayung (bagian kedua-selesai)
SDGs Industri Sawit Indonesia
Industri sawit telah menjadi industri strategis dalam pembangunan nasional bahkan dunia. Industri sawit perlu dilihat dan ditempatkan sebagai bagian solusi dari pencapaian SDGs Indonesia maupun dunia. Dalam proses pencapaian tujuan-tujuan mulia dari SDGs tersebut, industri sawit adalah aktor penting dan bukan sebagai objek yang harus “dihakimi” dengan ukuran-ukuran SDGs. Sebagai platform bersama, semua pelaku bisnis, sektor, negara/pemerintah yang ada di planet Bumi merupakan aktor mewujudkan tujuan-tujuan SDGs. Apa kontribusi (bukan apa yang tidak dilakukan) perusahaan, sektor/industri, daerah, negara pada pencapaian tujuan-tujuan SDGs, menjadi pertanyaan yang patut didiskusikan.
Memposisikan industri sawit sebagai aktor SDGs selain secara built-in dapat menghadirkan solusi, juga dapat memperkuat industri sawit itu sendiri. Platform SDGs sebagai norma global (global value) baru, yang diakui secara internasional, perlu dimanfaatkan industri sawit sebagai upaya meningkatkan keberterimaan industri sawit secara internasional melalui kontribusinya pada SDGs. Untuk meraih pengakuan internasional, ISPO perlu iintegrasikan dengan SDGs tersebut, sehingga pencapaian ISPO sekaligus mencerminkan pencapaian tujuan-tujuan SDGs dunia.
Dalam kaitan dengan SDGs ini menarik untuk mengingat kembali apa yang dideklarasi oleh Komite Menteri-Menteri Pertanian negara-negara OECD tahun 2001 (OECD, 2001) bahwa pertanian (termasuk perkebunan) memiliki multifungsi (multifunction) dalam ekosistem global “beyond its primary function of producing food and fiber, agricultural activity can also shape the landscape provide environmental benefits…….. and contribution to the socio-economic viability of many rural areas……“.
Para ahli-ahli pertanian seperti Huylenbroeck, et.al. 2007 kemudian merinci lebih detail lagi multifungsi pertanian menjadi empat fungsi dalam ekosistem yakni fungsi ekonomi (white function), fungsi sosial budaya (yellow function/services), pelestarian tata air (blue services), dan fungsi pelestarian sumberdaya alam (green function). Keempat fungsi pertanian tersebut melekat (built-in) pada sektor pertanian termasuk perkebunan dimanapun dipermukaan bumi dan telah dinikmati sepanjang peradaban manusia.
Industri sawit termasuk didalamnya perkebunan sawit, dari bukti-bukti empiris potensial berkontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan SDGs. Apalagi dilakukan perbaikan terus menerus berpotensi besar meningkatkan kontribusinya pada SDGs yang lebih besar, lebih luas dan lebih berkualitas.
Pembangunan kebun-kebun sawit pada ribuan desa-desa pelosok di 200 lebih kabupaten selama ini, telah membuka isolasi geografis, sosial dan ekonomi daerah-daerah pelosok, daerah tertinggal, dan pinggiran. Sebagai bagian dari dunia usaha (firms), kebun-kebun sawit menginisiasi putaran roda ekonomi didaerah-daerah terbelakang tersebut. Dengan berjalanya waktu, putaran roda ekonomi berbasis kebun sawit termasuk industri hilirnya makin cepat dan membesar serta meluas menggerakkan roda pembangunan sektor-sektor lainya. Sehingga daerah-daerah yang tadinya terbelakang berubah menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan pedesaan mengejar kemajuan daerah lain yang lebih maju.
Riset World Growth (2011) dan PASPI (2014) mengungkapkan bahwa perkebunan sawit berperan penting dalam pembangunan daerah pedesaan baik dalam menciptakan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, pengurangan kemiskinan dan efek-mulpliernya menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainya dipedesan dan perkotaan. Dalam konteks ini perkebunan sawit berkontribusi pada pencapaian SDGs, yakni SDGs-1 (Penghapusan kemiskinan), SDGs-8 (Pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja inklusif), SDGs-10 (Pengurangan ketimpangan). Peningkatan pendapatan yang tercipta secara langsung maupun tak langsung (efek multiplier) akibat berkembangnya perkebunan sawit juga menyumbang pada SDGs-2 (Menghapus kelaparan, perbaikan gizi), SDGs-3 (Hidup sehat) dan SDGs-4 (Pendidikan). Peningkatan pendapatan merupakan variabel terpenting dari akses pangan, perbaikan gizi dan akses pada pendidikan. Akses tersebut didukung pula oleh penyediaaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh perusahaan sawit seperti BUMN dan swasta besar.