Nicke Widyawati menegaskan komitmen Pertamina dalam penyaluran B20 ke wilayah Indonesia.
Menteri BUMN, Rini Soemarno, resmi melantik Nicke Widyawati menjadi Direktur Utama PT Pertamina tepatnya Rabu, 29 Agustus 2018. Hampir lima bulan lamanya, Nicke sebatas pelaksana tugas (Plt) dirut di BUMN migas tersebut.
Perempuan kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 ini telah malang melintang di berbagai perusahaan pelat merah. Karirnya juga mencuat di PT PLN (Persero) menjadi Direktur Perencanaan Korporat dan Direktur Pengadaan Strategis 1 dalam kurun waktu 2014 hingga 2017.
Begitu dilantik, Nicke menyatakan kesiapan Pertamina untuk menyerap biodiesel campuran 20 persen (B20) asalkan disokong suplai Fatty Acid Methyl Esters (FAME) untuk campuran bahan bakar nabati pada solar.
“Pertamina siap jika didukung pasokan FAME-nya. Tanggung jawab Pertamina adalah mem-blending lalu salurkan ke SPBU, ke masyarakat. Di mana tangki solar ada di situlah kami siap blending, tinggal menunggu infrastruktur lainnya,” ujarnya setelah rapat koordinasi Biodisel 20 di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (29 Agustus 2018).
Sehari setelah peresmian program B20, Nicke Widyawati melakukan sidak ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) Pertamina di SPBU 34.13102 Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur.
Kunjungan lapangan Direktur Utama BUMN Migas yang baru disahkan 29 Agustus 2018 lalu ini turun langsung melakukan pengecekan di titik serah akhir pemasaran B20 yang mulai berlaku efektif per 1 September 2018.
Nicke Widyawati menjelaskan untuk implementasi B20 pada produk solar, termasuk Non PSO seluruh fasilitas produksi BBM Pertamina, sebanyak 112 terminal BBM telah siap menyalurkan B20. Selanjutnya untuk memastikan produk dapat digunakan konsumen akhir terutama pada mobil pribadi berbahan bakar diesel, maka manajemen perlu meninjau kesiapan fasilitas dan pengelolaan SPBU yang umumnya dikelola oleh mitra bisnis Pertamina.
“Ujung tombak kesuksesan implementasi B20 salah satunya ada di SPBU, sehingga kami perlu dukungan pengusaha SPBU agar mereka dapat memaksimalkan penjualan solar 20 persen. Tapi secara prinsip, outlet SPBU kami sudah siap pasarkan B20,”ujarnya.
Menurut Nicke Widyawati, penerapan B20 Non PSO di Jakarta merupakan wilayah yang potensial karena hingga saat ini terdapat 216 SPBU yang menjual produk Diesel. Dengan kebijakan baru ini, Pertamina akan menjual B20 di 174 SPBU Jakarta.
Penjualan B20 di Jakarta akan dipasok dari Terminal BBM Jakarta Group yang telah mampu menyediakan 80,1 ribu kiloliter (KL).
Tujuan kunjungan Nicke Widyawati dan jajaran direksi ke SPBU supaya kebijakan perluasan mandatori B20 dapat efektif berlaku sejak 1 September 2018, sehingga produk B0 di pasaran dapat berganti dengan B20.
Berdasarkan regulasi, apabila Badan Usaha BBM tidak melakukan pencampuran, dan Badan Usaha BBN tidak dapat memberikan suplai FAME (Fatty Acid Methyl Ester) ke BU BBM akan dikenakan denda yang cukup berat, yaitu Rp. 6.000 perliter.
Namun kata Nicke Widyawati, produk B0 masih berlaku untuk beberapa produk. Pengecualian juga dapat diberlakukan, terutama terhadap Pembangkit Listrik yang menggunakan turbine aeroderivative, alat utama sistem senjata (alutsista), dan perusahaan tambang yang berlokasi di ketinggian.