Socfindo Conservation juga memiliki dan mengembangkan, spot wisata lain (seperti rumah jamur, tawon tanpa sengat, sayur organik, rumah rumah kompos, anggrek, buah-buahan, tanaman aquatic)
Selain fokus menjalankan usaha perkebunan sawit, PT Socfindo memiliki perhatian pada kelestarian sumber daya alam. Hal ini diwujudkan melalui Yayasan Socfindo Conservation dengan mendirikan konservasi tanaman obat keluarga (TOGA), yang berlokasidi Desa Martebing, Kec Dolok Masihul, Kab Serdang Begadai – Sumatera Utara.
Ketua Yayasan Socfindo Conservation, Luluk Williams mengungkapkan Socfindo Conservation, berawal dari kepedulian perusahan Socfindo terhadap kelestarian sumberdaya alam untuk membangun platfrom, sustainability perusahaan, dalam mengkonservasi tanaman.
“Dalam kegiatannya dilakukan konservasi tanaman bermanfaat yang ada di sekitar perkebunan. Khususnya tanaman obat dan tanaman langka,” ungkapnya, melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Majalah Sawit Indonesia, beberapa waktu lalu.
“Beragamnya koleksi tanaman Socfindo Conservation, diperoleh dengan cara eksplorasi dan menggumpulkan tanaman di sekitar pekebunan dengan mengerahkan Ibu-Ibu di seluruh kebun Socfindo, yang ada di Sumatera Utara dan Aceh. Dari semangat dan kerjasama ibu-ibu KISS (Kumpulan Istri StafSocfindo) dibantu oleh tim kantor Socfindo, membuat koleksi TOGA semakin banyak (kaya),” imbuh Luluk.
Kegiatan konservasi merupakan upaya-upaya pelestarian lingkungan dengan memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh pada saat ini dan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatannya di masa yang akan datang.
Upaya dari PT Socfindo, patut dijadikan teladan. Pasalnya, kewajiban untuk konservasi berlaku untuk semua jenis kegiatan pembangunan, termasuk dalam kegiatan usaha perkebunan.
Kriteria nilai konservasi tinggi terdiri kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting. Termasuk kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal, serta kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal. Melalui TOGA yang dikelola Yayasan Socfindo Conservation, masyarakat bisa menikmati ragam tanaman obat dan tanaman yang berpotensi sebagai obat.
Pengelolaan kawasan konservasi merupakan kegiatan untuk mempertahankan dan mengembangkan kelestarian sumberdaya hayati beserta ekosistemnya, sehingga dapat memberikan dukungan terhadap mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya, Luluk menambahkan hingga saat ini koleksi tanaman yang ada di TOGA kurang lebih sudah 1300 jenis tanaman. Rencana kedepan, kita tetapakan menambah koleksi, fokus ketanaman yang langka dan endemik.
“Tanaman-tanaman yang ada dimanfaatkan untuk pembuatan jamu saintifik. Jamu yang telah diuji klinis oleh kementerian kesehatan. Kita perbanyak tanaman bermanfaat, memiliki nilai ekomonis yang kemudian disebarkan kemasyarakat untuk memberikan dampak positif”, terangnya, masih dalam keterangan tertulis.
“Selain itu bibit tanaman obat juga diperbanyak, untuk membantu penyediaan tanaman untuk desa dalam membangun toga dimasing-masing desa. Bekerjasama dengan Desa dalam membangun Desa Herbal, serta menjual bibit kepada pengunjung,” imbuh Luluk.
Dalam menjual bibit, pihak Yayasan tidak mengambil keuntungan, biaya hanya untuk mengganti modal. Karena Yayasan Socfindo Conservation merupakan Yayasan nirlaba. Fokusnya mengkonservasi, melestarikan lingkungan, yang berdampak positif untuk masyarakat sesuai visi dan misi Socfindo Conservation (Konservasi, Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat).
Selain berfokus pada TOGA, Socfindo Conservation juga punya memiliki dan mengembangkan spot wisata lain: seperti rumah jamur, tawontanpa sengat, sayur organik, rumah anggrek, rumah kompos, buah-buahan, sayur serta tanaman langka.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 138)