Pupuk menempati faktor utama bagi kegiatan perkebunan kelapa sawit. Tanpa manajemen yang baik, kegiatan pemupukan akan sia-sia dan tidak efektif meningkatkan produksi. Institut pertanian Bogor (IPB) bersama Yayasan Pupuk Kaltim dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, V, dan VII berinisiatif membuat teknologi pemupukan bernama Precipalm.
Prof. Dr. Kudang Boro Seminar, Dekan Fakultas Pertanian IPB bersama timnya sengaja berkunjung ke sekretariat DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) pada pertengahan Mei 2019. Kedatangannya ini untuk memperkenalkan Precipalm – singkatan dari Precision Agriculture Platform for Oil Palm. Teknologi dapat membantu pemupukan lebih efektif dan efisien.
“Untuk pemupukan sawit, selama ini memakai catatan konvensional seperti pengambilan sampel daun dan tanah sampai uji Laboratorium. Tentu saja, kegiatan ini butuh waktu dan proses sangat panjang,” ujar Kudang Boro.
Hadirnya Precipalm mempermudah dan mempercepat rekomendasi aplikasi pupuk. Tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan informasi. Nama Prof. Kudang Boro Seminar sudah dikenal sebagai pakar yang dapat memadukan ilmu komputer dengan pertanian.
Ia menjelaskan bahwa penelitian Precipalm ini sudah berjalan dua tahun lamanya melalui penyempurnaan model dan dugaan nutrisi pupuk. Precipalm adalah sistem berbasis pertanian presisi untuk meningkatkan efisiensi pemupukan perkebunan kelapa sawit. Inovasi ini ditopang oleh satelit Sentinel 2. Data satelit akan diolah menggunakan Decision Support System Fertilizer (DSSF) atau Sistim Pendukung Keputusan Pemupukan.
Precipalm menggunakan pemodelan matematis berbasis geostatis dengan akurasi tinggi. Pemodelan ini dapat mengukur status unsur hara makro N, P, K dan Mg berdasarkan warna daun tanaman kelapa sawit yang tertangkap oleh citra satelit. Hasil penelitian ini kemudian dapat menjadi dasar penentuan dosis rekomendasi pemupukan kelapa sawit yang lebih cepat.
Menurut Prof. Kudang Boro, hasil pengolahan data satelit akan menunjukkan tanaman yang kandungan nutrisinya rendah sehingga harus dipupuk lebih. Apabila kebutuhan nutrisi tercukupi, tidak perlu pemberian pupuk dengan dosis sama. Artinya, dalam satu hamparan lahan, pemberian dosisi pupuk akan berbeda. Ini disesuaikan dengan variabilitas nutrisi.
“Keputusan akan diambil dari data citra satelit sentinel sehingga bisa melakukan pengukuran secara online melalui data satelit yang diupdate secara rutin setiap lima hari sekali. Kita bisa dengan mudah melihat kondisi suatu lahan di perkebunan sawit sehingga bisa ambil keputusan, dengan berapa pupuk yang diperlukan,” ujarnya.
Oleh karena itu, Precipalm akan membantu petani dalam penentuan kebutuhan dan rekomendasi pupuk di satu wilayah tertentu. Sebab sistem ini sudah memenuhi kaidah-kaidah tentang pertanian presisi. Yaitu kita memupuk dengan variabilitas nutrisi yang ada di lahan.
“Dengan Precipalm, kebutuhan hara tanaman dan dosis pemupukan dapat dimonitoring lewat satelit,” ujar Prof. Kudang Boro yang pernah menjabat Presiden Asia Federation for Information Technology in Agriculture periode 2010-2012.
Ia menjelaskan bahwa laboratorium hanya akan berfungsi sebagai rekomendasi dan sebagai validisator saat pembuatan model pada suatu hamparan luas, setelah model telah dirumuskan, maka teknologi precipalm ini akan dengan sendirinya menghitung kebutuhan pupuk berdasarkan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
“Jadi pengambilan sampel tanah hanya sekali dilakukan untuk suatu hamparan dan model yang didapat sudah dapat menjelaskan kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa sawit. Menurut kami ini adalah teknologi pertama di dunia dan kami akan terus melakukan penyempurnaan terhadap teknologi ini,” katanya.
Simpelnya kata Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB ini, dimanapun petani bisa memakai aplikasi ini. Petani cukup memasukkan data-data kebunnya seperti koordinat kebun dan hasil yang diinginkan akan keluar. “Dengan kerjasama dengan APKASINDO, pemanfaatan PreciPalm ini enggak bayar alias gratis, untuk itulah kami Tim Teknologi lengkap hadir di ruang rapat Apkasindo,” ujarnya.
Precipalm ini sudah diujicobakan di Jambi (Kebun PTPN VI), Kalimantan Timur (Kebun PT Bima Palma Nugraha), Bogor (Kebun Percobaan IPB), dan Riau (Kebun PTPN V). Sudah ada sampel 400 tanah dan daun untuk membangun pendugaan nutrisi. Dari segi akurasi permodelan, Prof. Kudang mengatakan untuk kandungan nutrisi sudah mencapai 70 persen dan NPK 95 persen akurasinya.