NANGA TAYAP, SAWIT INDONESIA – Keinginan pemerintah mewujudkan swasembada jagung menjadi perhatian sejumlah perusahaan kelapa sawit. Adalah Sinarmas Agribusiness and Food wilayah Kalimantan Barat yang menerapkan kegiatan Pertanian Ekologi Terpadu (PET) berbasis komoditas jagung di anak usahanya, PT Agrolestari Mandiri di Kecamatan Nanga Tayap, Kalimantan Barat.
“Kami memberikan pendampingan kepada petani untuk menanam jagung. Ini menjadi upaya perusahaan mendukung swasembada jagung Kementerian Pertanian,” kata Susanto Yang, CEO Sinarmas Wilayah Kalimantan Barat, Sabtu (21 Juli 2018).
Program Pertanian Ekologi Terpadu bekerjasama dengan kelompok tani di desa sekitar perkebunan perusahaan. Tujuannya mencegah pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar. Selain itu, masyarakat diajarkan bisa mandiri dengan hasil pertanian. Komoditas yang ditanam bermacam-macam antara lain sayuran, padi, dan jagung.
Susanto menjelaskan tahap awal kegiatan penanaman jagung ditargetkan seluas 70 hektare. Produktivitas rata-rata satu hektare lahan setara 8 ton jagung. Ini berarti potensi produksi jagung akan mencapai 560 ton.
“Selain pendampingan teknis, petani dibantu memasarkan jagung ke agen atau perusahaan pakan ternak. Salah satunya Charoen Pokphand (perusahaan pakan),” ujar Susanto.
Harga jual jagung pipilan yang akan diperoleh petani Rp 3.500 per kilogram. Susanto menuturkan di tahap awal penanaman jagung kelompok tani memperoleh dukungan tenaga pendamping, pelatihan teknis, dan sarana praduksi seperti benih. Semua bantuan ini bersifat revolving fund di mana setelah memperoleh pendapatan dari panen jagung.
“Tidak semua pendapatan diterima kelompok tani. Ada potongan bagi komponen biaya produksi. Nantinya potongan tadi digunakan sebagai dana bantuan kepada desa lain,”ungkapnya kembali.
Redaksi berkesempatan mengunjungi lahan jagung dan tempat pengolahannya yang dikelola Kelompok Tani Bebanten Raya di Desa Siantau Raya. Paspa Ginting, Petani Pendamping Kelompok Tani, menjelaskan panen perdana sudah berlangsung pada Juni 2018, dengan jumlah produksi sebanyak 8 ton.
“Anggota kami tertarik tanam jagung karena baru pertama kalinya. Selain itu, mereka ingin bertani tanpa bakar. Itu sebabnya, mereka rutin diberikan pelatihan dan pendampingan teknis,” pungkasnya.
Yogo Bambang Pamungkas, Manager PT Agrolestari Mandiri Estate Nanga Tayap Pilot Project Jagung, berharap petani dapat mandiri dengan bercocok tanam jagung, terutama tanpa menggunakan cara pembakaran. Setelah pelaksanaan PET, wilayah di sekitar area sudah aman dari kebakaran dalam dua tahun terakhir.