Tren kuliner berbahan sawit bermunculan di berbagai daerah. Pemerintah berupaya memfasilitas inisiatif bisnis sebagai bagian memperluas produk turunan sawit.
Putu Juli Ardika, Dirjen Industi Agro Kementerian Perindustrian RI mengungkapkan kandungan nutrisi dalam kandungan minyak kelapa sawit dalam satu sendok makan mengandung 120 kalori dan 14 gr total lemak termasuk 7 gr lemak jenuh, 5 gr lemak tak jenuh dan 1,5 gr lemak tak jenuh ganda. Minyak kelapa sawit mengandung lemak jenuh tunggal dan minyak jenuh ganda diketahui bermanfaat bagi kesehatan.
“Terdapat bukti yang menyatakan memiliki manfaat tambahan bagi kesehatan. Minyak ini mengandung tocotrienol yang tinggi serta vit E dengan antioksidan. Beberapa riset membuktikan bahwa tocotrienol dapat memperlambat proses dimensia. Jadi tidak ada kekhawatiran untuk pikun dan menurunkan risiko struk. Penelitian juga membuktikan minyak sawit akan sangat membantu orang yang kekurangan vitamin A terutama yang menderita siskliksibrosis yang dapat menghambat vitamin yang larut dalam lemak,” ujar Putu.
Informasi ini disampaikan Putu Juli saat menjadi Keynote Speaker webinar bertemakan“Tren Bisnis Pangan dan Kuliner UKMK Berbasis Minyak Sawit Sehat” yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada 23 Maret 2022.
Minyak kelapa sawit merupakan produk yang populer dan menjadi pilihan yang dipakai pada makanan olahan di dunia dibanding minyak nabati lainnya. Sifat alaminya yang unik serta nilai ekonomi yang lebih menguntungkan menjadi faktor utama mendorong penggunaan minyak kelapa sawit.
“Bahkan, produsen cokelat asal Belgia menyatakan tidak bisa memproduksi cokelat yang enak tanpa kelapa sawit. Jadi, kita sangat beruntung mempunyai berkah untuk membuat makanan yang baik sehat dan enak. Dan, pakar teknologi makanan dari Inggris juga mengungkapkan produsen makanan lebih memilih minyak sawit dibanding minyak nabati lainnya karena dipengaruhi banyak faktor, antara lain minyak sawit memiliki daya tahan yang lama setelah dibungkus,” kata Putu yang dilantik menjadi Dirjen Industri Agro, Kemenperin pada Desember 2021.
Selanjutnya, Putu menjelaskan selama Covid-19, orang Indonesia dinilai semakin selektif dalam memilih jenis makanan yang dikonsumsi. Konsumen kini lebih mengutamakan aspek kesehatan dan keamanan makanan saat memilih produk .
“Dari laporan Google Earth Search pada 2021 memperlihatkan bahwa keputusan memilih makanan masyarakat Indonesia ditentukan oleh tingkat kehati-hatian selama pandemi Covid-19. Terdapat 2 tipe konsumen yaitu konsumen yang lebih waspada dalam mencari dengan cara kreatif untuk memenuhi kebutuhan di rumah dan sementara yang berani pergi keluar rumah sambil tetap menjaga jarak dan menggunakan protokol kesehatan,” jelasnya.
Dalam situasi pandemi yang belum kunjung berakhir bisnis restoran dan cafe harus siap menerima risiko belum sepenuhnya ramai seperti sedia kala. Terjadi perubahan buying behaviour konsumen lebih memilih masak di rumah atau membeli makanan platform delivery antar yang tersedia.
Bagi kelompok (konsumen) yang terbiasa makan di rumah karena pandemi, ereka memanfaatkan berbagai cara agar makanan tetap segar dan layanan catering juga menjadi solusi ketika ada acara. Sedangkan kelompok masyarakat yang berani makan di luar rumah, mereka mencari rekomendari restoran yang outdoor.
“Perubahan konsumen tersebut merupakan peluang bisnis yang dapat ditangkap UMKM dalam mengamankan penjualan. UMKM dapat menjangkau pelanggan yang lebih besar dan luas dalam melayani pesanan online dengan platform yang dapat memaksimalkan usaha dengan menjangkau pelanggan yang lebih banyak dan luas serta lebih menguntungkan. Pelaku bisnis UMKM dapat mengembangkan varian menu berbasis sawit yang lebih bervariasi. Untuk memanjakan lidah dengan kuliner dengan mengutamakan aspek kesehatan dalam setiap menunya,” kata Putu.
Lebih lanjut, Putu berharap bisnis makanan berbasis minyak sawit dapat menyehatkan bangsa dapat tumbuh dan semakin berkembang sehingga semakin memajukan UMKM dan usaha mikro di Indonesia. Dan ke depan kami berharap industri minyak goreng sawit dan turunannya dapat menyediakan sumber energi/tenaga substitusi dari karbohidrat.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 126)