Bagian VII
Tahap II Misi Nasional berkelanjutan untuk menghasilkan biodiesel berbasis minyak nabati yang cukup untuk mencapai 20 persen percampuran. Ini berencana untuk mencapai hal ini percepatan momentum yang dicapai dalam proyek demonstrasi, mengubah perkebunan menjadi sebuah gerakan massa di selururh negri. Ini akan dimulai pada tahun 2007 dan selesai dalam Rencana XI (2007-2012). Keberhasilan proyek percontihan ini diharapkan dapat menggembleng semua pemengku kepentingan dan peserta untuk memobilisasi sumber daya dengan pemerintah sebagai fasilisator.
Salah sartu masalah utama dalam mendapatkan program biodiesel yang bergulir adalah sulitnya untuk memulai budidaya jarak pagar skala besar. Petani belum menganggap budidaya jarak pagar cukup menguntungkan. Misalnya, perkebunan tebu menghasilkan 70 ton/ha dan mengambil petani Rs. 70.000/ha dengan harga tebu Rs. 1.000/ton. Sebagai perbandingan, jika petani Jatropha mendapat Rs. 5.000 per ton minyak sayur dan jika hasilnya 3,75 ton/ha, pendapatannya hanya Rs. 18. 750 per hektar.
Masalah utama lain adalah kurangnya pengumpulan bibit dan infrastuktur ekstraksi minyak. Dengan tidak adanya infrastuktur dan minyak sayur yang tersedia, akan sulit membujuk pengusaha untuk memasang tanaman transesterifikasi. Akhirnya, ada masalah pemanfaatan gliserol. Gliserol hasil hasil samping adalah sekitar 12 persen dari biodiesel yang diproduksi dan sekitar 88 persen kemurnian. Jika cara alternatif tidak cepat ditemukan karena memanfaatkan gliserol, maka harganya akan anjlok karena kelebihan pasokan.
Sumber: GAPKI