Tiba-tiba saya dengar ada kebun kecil yang dijual di Kabupaten Langkat. Luasnya menurut HGU 820 hektar, tetapi kebun karet, bukan kebun sawit. Segera saya pergi meninjau untuk melihat kemungkinannya dikonversi menjadi kebun sawit. Kebun ini sudah agak terlantar, kurang terurus.
Dinas perkebunan melakukan penilaian atas kondisi perkebunan secara berkala dan menentukan kelasnya masing-masing. Yang bagus digolongkan kelas I, kemudian kelas II. Yang pelu direhabilitasi termasuk golongan kelas III dan kelas IV. Kebun yang tinjau ini tergolong kelas V. Sebagian kebun masih terdapat pohon karetnya, sebagian besar sudah menjadi semak tanpa pohon karet, dan sebagian lagi ditanami padi, jagung, cabe, dan palawija lainnya oleh penduduk desa sekitarnya dengan cara pinjam atau sewa dari perusahaan.
Saya pun mempertimbangakan topografi kebun yan berbukit-bukit. Pada bagian ujung kebun, saya melihat bagian yang curam sekali sehingga akan sulit membuka jalan untuk mengangkut buah sawit. Ini masalh teknis. Di Socfindo saya sering menghadapi masalah teknis yang lebih sulit, jadi saya yakin soal ini akan bisa saya atasi. Saya terpikir menggunakan kontrol pada saat panen nanti. Perumahan karyawan sudah hancur dan harus diganti total. Tetapi rumah pengurus yang disebut wisma masih lumayan. Rumah model panggung yang besar membuktikan kebun ini pada awalnya adalah milik perusahaan Eropa. Tanamannya bagus walaupun tidak dirawat. Konon di tempat ini dulunya dilakukan shooting film Turang dan Orang-orang di Kebun Para. Saya tahu pemilik saat itu adalah seorang produsen dan sutradara film, Abubakar Abdi. Di belakang wisma itu ada mata air kecil yang jernih airnya, yang digunakan untuk pabrik karet yang sekarang sudah afkir dan untuk keperluan air wisata. Kesimpulan saya setelah kunjungan setengah hati itu, kebun ini akan saya beli kalau harganya wajar.
Sumber : Derom Bangun