Melihat kebun sawit milik tetangga di wilayah Sijunjung, Sumatera Barat, tidak tumbuh dengan optimal, Budi Saputra tergelitik untuk memberikan edukasi pentingnya menggunakan bibit unggul yang bersertifikat. Bagi pria yang 10 tahun menjadi pembibit sawit, salah satu kunci keberhasilan budidaya kelapa sawit adalah pembibitan.
“Di Sumatera Barat sendiri, kelapa sawit termasuk tanaman yang primadona, sehingga sayang rasanya jika petani sawit menggunakan bibit abal-abal. Secara fisik, bibit abal-abal dan unggul tidak ada perbedaan saat usianya 10-12 bulan. Hanya bisa diketahui dari dokumen pembelian dan sertifikatnya,” ucap Budi.
Untuk mendapatkan bibit unggul, lanjut Budi, ada dua (2) hal yang diperhatikan oleh petani kelapa sawit.
“Pertama, saat pembelian bibit, ada sertifikat yang mencantumkan asal dari Balai Benih mana, dan itu harus mendapatkan sertifikasi dari Pemerintah. Kedua, ada dokumen pembelian yang jelas, dari Balai tersebut. Ini dilakukan untuk menghindari bibit abal-abal,” ujar Budi,
Selain itu, menurut Budi, pemilihan bibit harus disesuaikan dengan kondisi lahan, misalnya gambut, berair, dan rawa. Karena, ada sejumlah bibit yang memang cocok atau sudah beradaptasi dengan kondisi lahan tersebut.
Dalam pembibitan, ada dua tahapan. Pertama, pembibitan pre nursery, dimana kecambah sawit yang dikembang biakan berada pada tahap awal pembibitan hingga usia 2-3 bulan.
Setelah itu, memasuki tahapan main nursery, dimana bibit yang dikembang biakkan melewati tahap pembibitan awal hingga berusia 10-12 bulan dan siap ditanam di lahan terbuka.
Pada masa main nursery ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti: persiapan pembibitan main nursery, pengisian dan penempatan polybag, pemindahan dan penanaman bibit ke main nursery, dan pemeliharaan bibit.
Persiapan Main Nursery Kelapa Sawit
Sebelum masuk ke persiapan pembibitan, harus mempersiapkan lahan yang dekat dengan sumber air yang permanen, serta topografinya datar. Setelah itu, petani sawit bisa mempertimbangkan persiapan langkah-langkah pembibitan. Dimulai dari pembuatan drainase dan instalasi pipa yang mengikuti pipa sekunder dari jaringan penyiraman dan instalasi pipa penyiraman.
Selanjutnya, mempersiapkan media tanam. Untuk langkah ini, Manager Area PT Meroke Tetap Jaya, Alan Wahyudi mereko mendasikan memakai tanah yang berada pada lapisan atas atau top soil, yang kondisinya gembur, subur dan bersih dari potongan kayu atau sampah. Dan, banyak mengandung bahan organik. Di ambil dari lahan yang bebas dari serangan jamur atau penyakit Ganoderma.
“Tanah sebelum diisike polybag, sebaiknya diayak dan dicampur dengan pupuk Meroke ROCK secara merata dengan dosis 500 Gram per 100 Kg tanah. Jika ada tanah yang kurang gembur dapat dicampur dengan pasir perbandingan 3 : 1. Tanah sebelum diisikan ke polybag di diamkan selama satu bulan,” ujarnya.
Untuk jarak antar polybag, bisa dengan jarak 90 cm x 90 cm x 90 cm segitiga sama sisi. Sudah termasuk jaringan irigasi dan jalan control (13.500 bibit/Ha). Pada setiap hektar bibit pada tahap main nursery, cukup untuk mensuplai 75 Ha lahan pertanian.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 116)