JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk sedang fokus membangun perkebunan sawitnya di Papua. Emiten berkode ANJT ini menggunakan pendekatan yang berbeda sebagai upaya merangkul masyarakat dan menjaga konservasi.
“Cara pengembangan di Papua sangat berbeda dengan daerah lain. Kami mengikuti sustainability policy, dari 30 persen konsesi dialokasikan untuk konservasi,” ujar Istini Tatiek Siddharta, Presiden Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, dalam media gathering, Selasa (31/10/2017).
Perseroan mempunyai cadangan lahan (landbank) seluas 91.210 hektare termasuk plasma. Per 30 September 2017, lahan inti (perusahaan) yang telah tertanam seluas 4.978 hektare. Sedangkan, perkebunan untuk masyarakat (plasma) tertan 543 hektare.
“Landbank terbesar berada di Papua. Penanaman sampai akhir tahun ini bisa 6.000-7.000 hektare,” ungkap Istini.
Istini menjelaskan perusahaan menghormati budaya dan adat masyarakat lokal setempat dalam pembangunan kebun. Sebelum membuka kebun, perusahaan melakukan pendekatan komunikasi dan berupaya membangun perekonomian masyarakat. Itu sebabnya, pembangunan kebun selalu dibicarakan dahulu dengan pemangku adat dan pemerintahan lokal.
“Perusahaan berupaya mengenal budaya dan adat setempat. Dan coba membangun mereka,”ungkap MBA dari John Anderson School, University of California, Los Angeles.
Langkah lainnya adalah menyediakan areal konservasi untuk hutan dan lahan basah.
Menurut Istini, perusahaan menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan perlindungan lingkungan yang menjadi salah satu aspek penting visi ANJ menjadi perusahaan pangan kelas dunia. Hal ini diwujudkan dengan alokasi areal konservasi sebagai tempat perlindungan satwa dan keanekaragaman hayati di setiap operasi perkebunannya.
Dalam rencana bisnisnya, perkebunan sawit di Papua Barat akan dilengkapi pabrik kelapa sawit berkapasitas olah 45 ton TBS per jam dan pabrik pabrik pengolahan kernel berkapasitas 40 ton per jam.
Lucas Kurniawan, Direktur ANJT, menyebutkan investasi pembangunan kedua pabrik sekitar US$ 21,3 juta dan diperkirakan selesai pada 2019.