JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Permintaan CPO dari negara pembeli seperti Tiongkok dan India belum juga bergairah. Ini berakibat kinerja ekspor di awal tahun masih lebih rendah dari bulan sebelumnya. Berdasarkan data GAPKI, volume ekspor CPO Indonesia bulan Januari 2016 mencapai 2,1 juta ton lebih rendah dari Desember 2015 sebesar 2,5 juta ton.
Penyebab turunnya volume ekspor minyak sawit Indonesia karena permintaan negara pembeli seperti China dan India masih lesu. Volume ekspor China menurun cukup signifikan yang hanya mencapai 275,6 ribu ton atau sebesar 56,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 632,35 ribu ton.
“Penurunan permintaan dari China disebabkan perlambatan ekonomi yang menurunkan daya beli. Selain itu pelepasan stok minyak rapeseed yang mencapai 6 juta ton hanya terjual sebesar 57 persen sehingga stok minyak nabati di dalam negeri,” kata Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI.
Selain Tiongkok, pasar ekpor lainnya adalah India. Pada Januari 2016 volume ekspor CPO ke India hanya menyentuh 383,65 ribu ton atau menurun 15 persen dibandingkan kinerja ekspor Desember 2015 sebanyak 450,68 ribu ton. Penurunan permintaan CPO asal Indonesia sepanjang Januari 2016 juga dicatat Bangladesh 11 persen, Uni Eropa 5 persen, dan Afrika 4 persen.
Menurut Fadhil, tetap ada kenaikan ekspor ke beberapa negara seperti Pakistan dan Amerika Serikat. Pada Januari 2016, Pakistan mendongkrak impor minyak sawitnya dengan cukup signifikan yaitu dari 165,27 ribu ton pada Desember lalu meningkat menjadi 235,08 ribu ton pada Januari 2016 atau meningkat 42%.
Fadhil memperkirakan meningkatnya permintaan dari Pakistan disebabkan meningkatnya dukungan industri pengolahan makanan di Pakistan. Pakistan saat ini sedang meningkatkan industri makan dan minuman.
Selain Pakistan, Volume eskpor CPO ke Amerika Serikat juga tercatat meningkat cukup signifikan. Selama Januari 2016 ekspor ke Amerika mencapai 92,53 ribu ton atau meningkat 37,59 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu 67,25 ribu ton.
“Peningkatan permintaan AS sepertinya untuk meningkat stok di dalam negeri pada saat harga CPO global sedang rendah, pada saat yang sama penguatan mata uang AS juga menjadi faktor pendorong,” kata Fadhil.
Fadhil juga menambahkan peningkatan impor CPO yang dilakukan Amerika disebabkan karena keledai di Amerika saat ini sedang terserang penyakit sejenis penyakit, khususnya di negara bagian Misissipi. Hal tersebut dipastikan akan menyebabkan produksi minyak nabati dari keledai berkurang secara signifikan. Peningkatan permintaan minyak sawit Indonesia Januari 2016 berasal dari negara Timur Tengah sebesar 10,8% dibandingkan Desember lalu.