JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Berdasarkan Laporan Anggota FFA 2016 yang dipaparkan di Responsible Business Forum Jakarta, telah memperluas jangkauan upaya pencegahan kebakarannya ke 218 desa di sejumlah daerah di Indonesia. Termasuk 77 desa yang telah mendaftarkan diri ke perusahaan-perusahaan anggota FFA untuk terlibat dalam program bebas api yang intensif pada tahun 2016.
Sekitar 1,5 juta hektare berada dalam pembinaan program kebakaran lahan dan hutanFFA. “Pendirian FFA bertujuan untuk membantu para anggotanya dalam berbagi pengetahuan dan sumber daya. Hal ini menjadikan FFA sebagai sebuah wadah bagi para anggotanya untuk saling bahu membahu mengembangkan strategi-strategi yang paling efektif untuk mencegah dan mengelola risiko-risiko kebakaran melalui kemitraan jangka panjang dengan masyarakat di seluruh Indonesia dan Malaysia,” ungkap Dorjee Sun, Direktur Carbon Conservation sekaligus menjabat sebagai Sekretariat FFA.
Dari hasil dari kerja sama FFA pada tahun pertamanya, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dan perkebunan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan mitra terkait lainnya yang berkomitmen untuk turut memecahkan permasalahan kebakaran dan kabut asap yang berkepanjangan di Indonesia.
Didirikan pada Februari 2016, FFA fokus pada upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan melibatkan masyarakat setempat. Para pendirinya yakni APRIL, Asian Agri, IDH, Musim Mas, PM. Haze, dan Wilmar. Aliansi ini juga menyambut Sime Darby dan IOI Group sebagai anggota baru, yang diumumkan pada hari ini di sela-sela rangkaian acara Responsible Business Forum di Jakarta.
Terjadi peningkatan hingga 756% dalam jumlah desa yang berpatisipasi jika dibanding sejak Program Desa Bebas Api (Fire Free Village Programme/FFVP) pertama kali diluncurkan oleh APRIL yang hanya melibatkan sembilan desa pada pertengahan tahun 2015. Pada beberapa kasus, para anggota FFA telah melaporkan penurunan insiden kebakaran antara 50% dan 90% dari tahun 2015 hingga 2016.
“APRIL mengakui kepemimpinan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan juga Pemerintah Daerah dalam hal pencegahan kebakaran dan pengelolaan kebakaran di Indonesia. Kami mendukung pendirian Fire Free Alliance karena kami percaya bahwa sektor kehutanan dan perkebunan memiliki tanggung jawab baik di dalam maupun di luar konsesinya dan bekerja bersama masyarakat untuk mengurangi dampak kebakaran dan kabut asap. FFA memberikan sebuah wadah untuk membantu meningkatkan FFVP dan memungkinkan perusahaan-perusahaan lainnya dan LSM-LSM untuk berkolaborasi dan berbagi praktik-praktik terbaiknya,” tambah Craig Tribolet, Manajer Perlindungan Hutan, APRIL.
“Permasalahan kebakaran dan kabut asap lebih besar dibandingkan industri itu sendiri. Kekuatan FFA hadir dari beragamnya keahlian dan pengalaman kolektif para anggotanya di berbagai sektor yang berbeda bersama masyarakat lokal di sekitar wilayah operasi mereka. Tidak ada solusi yang bisa memecahkan semua permasalahan ketika kita bekerja sama dengan masyarakat, namun sikap saling berbagi antar anggota FFA akan membantu pengidentifikasian dan pengembangan solusi yang inovatif yang dapat diadopsi oleh setiap anggota di masing-masing wilayah operasionalnya”, ujar Gurcharan Singh, Kepala Perkebunan Wilmar – Indonesia.
Tony Wood dari IDH mengungkapkan, “Fire Free Alliance memberikan sebuah komitmen yang kuat dan jelas oleh para perusahaan anggotanya dalam mencegah kebakaran hutan kini dan nanti. Pertukaran pengetahuan dan pengaturan protokol di tingkat senior menunjukkan sebuah gebrakan baru bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang kini memperlihatkan bahwa dengan bekerja sama, semua pihak dapat menang.