Keberhasilan Indonesia meningkatkan produksi CPO juga membawa perubahan besar dalam pasar minyak nabati dunia (vegetable oil). Minyak kedelai (soybean oil) yang hampir 10 tahun menguasai pasar minyak nabati dunia, tergeser oleh minyak sawit. Pada tahun 2010, pangsa minyak sawit telah mencapai sekitar 35 persen dari minyak nabati dunia, sedangkan pangsa minyak kedelai menurun menjadi 29 persen. Hal ini berarti, Indonesia bukan hanya berhasil menjadi produsen minyak nabati terbesar dunia tetapi sekaligus menjadi produsen terbesar minyak nabati dunia dengan pangsa sebesar 17 persen.
- Ekofisiologis dan Keunggulan Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (elais guineensis) berasal dari kata Elaion (Greek) yang berarti minyak dan guineesis merujuk pada tempat pertama kali ditemukan yakni di Hinterland Of The Gulf Guinea West Africa (Jacquemard, 1998). Meskipun berasal dari Afrika Barat, kelapa sawit saat ini berkembang di daerah tropis (130 LU dan 120 LS) seperti Indonesia, Thailand Selatan, Malaysia, Afrika Tengah dan Amerika Selatan.
Secara umum tipe kelapa sawit yang dikenal adalah Pisifera, Dura dan Tenera, yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur 22-330C atau rata-rata 270C, curah hujan 1250-3000 mm per tahun, penyebaran merata sepanjang tahun (bulan kering kurang dari 3 bulan), lama penyiraman yang dibutuhkan kelapa sawit 6 jam per hari dan kelembaban nisbi 50-90 pesen (Rabobank, 1995; Sugiyono et.al., 2003; Fairhurst and Hardter, 2004).
Pemeliharaan kelapa sawit terbagi atas tiga fase yakni pembibitan (± 1 tahun), pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (1-4 tahun) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (4-25 tahun). Kelapa sawit menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) yang mulai dipanen pada umur 4 tahun dan produksi meningkat seiring dengan bertambahnya umur kelapa sawit. Puncak produksi TBS umumnya pada umur 8-16 tahun dan di-replanting kembali setelah umur 25 tahun.
Sumber: PASPI