Seperti diketahui sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Secara keseluruhan, areal perkebunan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Dari beberapa komoditas perkebunan yang dipandang mempunyai nilai penting dan strategis di Indonesia adalah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu.
Kelapa sawit, karet dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan di atas angka 5% per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut cukup baik.
Sektor perkebunan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, sub sektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan dalam menciptakan lapangan kerja. Tenaga kerja yang terserap oleh ektor perkebunan dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Bahkan lapangan kerja sangat terbuka pada industri hilir perkebunan.
Selain itu perkebunan merupakan salah satu sub sektor yang memiliki kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat.
Sejalan dengan pertumbuhan PDB, sub sektor perkebunan mempunyai peran srategis terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, sub sektor perkebunan kembali menujukkan peran strategisnya. Pada saat itu, kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan dimana ekonomi Indonesia mengalami krisis dengan laju pertumbuhan 13% pada tahun 1998. Dalam situasi tersebut, sub sektor perkebunan kembali menunjukkan kontribusinya dengan laju pertumbuhan antara 4%-6% per tahun.
Oleh karena itu, pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 (2010-2014), pembangunan pertanian termasuk sub sektor perkebunan tetap memegang peran strategis dalam perekonomian nasional yaitu melalui kontribusi dalam pembentukan kapital, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara, sumber pendapatan, dan pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan.
Peran komoditas strategis nasional pada sub sektor perkebunan, diantaranya sawit, karet, kakao dan tebu memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perekonomian nasional Indonesia. Sub sektor perkebunan telah menyumbangkan penerimaan ekspor yang selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2007 sebesar 19.948.923 ribu US$, tahun 2008 sebesar 27.369.363 ribu US$ dan tahun 2009 (sampai dengan bulan September) sebesar 21.581.670 ribu US$.
Sumbangsih tersebut dapat menjadi lebih optimum dengan memperkuat penciptaan nilai tambah dengan mengangkat dan memfasilitasi berbagai pemikiran dan inisiatif yang telah dikembangkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pelaku dunia usaha dan investasi serta masyarakat pekebun pada sub sektor perkebunan dan sektor terkait lainnya, akademisi dan para peneliti, organisasi masyarakat sipil, masyarakat umum dan lembaga internasional bilateral dan multilateral.
Dengan demikian, Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (FP2SB) yang dideklarasikan pada tanggal 18 Maret 2011 lalu dan dihadiri puluhan undangan yang bergerak dalam bidang perkebunan termasuk diantaranya Wakil Menteri Pertanian pada saat itu, Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, M.S., hadir karena didorong oleh kondisi nyata komoditas perkebunan Indonesia dan sumbangsihnya yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia.