JAKARTA, SAWITINDONESIA – Kampanye negatif minyak sawit kian marak di Uni Eropa. Komoditas emas hijau ini berusaha dibendung supaya tidak meningkat jumlah ekspornya dari tahun ke tahun.
Arif Havas Oegroseno, Duta Besar RI untuk Belgia, Luxembourg, dan Komunitas Eropa periode 2010-2015, menyebutkan kampanye negatif sawit di UniEropa pada intinya merupakan gabungan dari kekuatan kiri dengan kekuatan industri kapitali.
“Sebenarnya ini koalisi yang aneh dan tidak ada dalam kampanye lain. Mengingat bahwa biasanya kelompok kiri selalu bermusuhan dengan kelompok industri kapitalis. Kerjasama kedua kelompok ini bermacam-macam antara lain, pendekatan kepada politisi, label no-palm oil,” ujarnya kepada SAWIT INDONESIA via email.
Sebagai contoh, Menteri Ekologi, Pembangunan Berkelanjutan dan Energi Perancis, Segolene Royal, menghimbau boikot selai coklat Nutella (Produksi Ferrero-Italia). Alasan politisi Partai Sosialis di Prancis ini Nutella mengandung minyak sawit yang berasal dari kegiatan deforestasi dan perusakan lingkungan.
Menurut Arif Havas konsumen Eropa tergantung dari negara-negaranya. Konsumen Perancis dan Belgia sangat anti sawit karena kampanye konsisten dari produsen minyak nabati rapeseed dan sunflower yg disubsidi besar-besaran oleh Pemerintah Perancis.
Selain itu, penggunaan label “no palm oil” di sejumlah produk makanan bahkan bertentangan dengan aturan internal uni eropa tentang food information yang mengatur transparansi isi makanan yang dijual dengan mencantumkan semua bahan-bahannya.
Sehingga, kata Arif Havas, label tersebut menciptakan efek diskriminatif terhadap produk tertentu. “Indonesia perlu memikirkan strategi baru untuk menggugat hal ini di WTO dan juga mengajak perusahaan untuk menggugat perusahaan uni eropa secara langsung,” ungkapnya.