WILMAR Group adalah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia bahkan di dunia. Bisnisnya terintegrasi dari hulu hingga ke hilir sehingga dikenal sebagai raja sawit Asia. Bahkan perusahaan ini memiliki pabrik biodiesel terbesar di dunia yang berlokasi di Riau, Indonesia dengan produk minyak goreng yang sudah dikenal luas dengan merek SANIA. Saat ini, Wilmar memiliki 300 pabrik manufaktur yang tersebar di beberapa negara, lalu 20 pabrik penyulingan berada di China. Itu sebabnya,jaringan bisnis perusahaan telah berkembang hingga ke China, India, Malaysia, Australia dan Eropa dengan jaringan bisnis di lebih dari 25 negara lainnya.
Di Indonesia, Wilmar menjadi perusahaan perkebunan yang disegani karena menguasai bisnis terintegrasi dari hulu ke hilir dan menguasai pasar Indonesia maupun dunia. Kelompok ini diperkirakan memiliki lahan kelapa sawit lebih dari setengah juta hektar diseluruh dunia, terutama di Indonesia lahannya tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Selain, mempunyai banyak anak usaha yang diakuisisi secara langsung maupun tidak langsung.
Wilmar Grup yang berbasis di Singapura didirikan dan dikendalikan oleh Martua Sitorus yang merupakan hasil aliansi antara KPN Grup dan Kuok Grup dari Singapura, dengan mendirikan Wilmar International Limited-Singapura sebuah perusahaan yang sangat terkemuka yang juga memiliki saham di Wilmar International Ltd.
Untuk mengendalikan Wilmar, Martua Sitorus menggandeng rekan bisnis nya Kuok Khoon Hong, seorang pengusaha terkenal dan disegani asal Malaysia. Keduanya adalah pemilik dan pengendali saham Wilmar Holding Pte Ltd, (Perusahaan holding Wilmar International Ltd). Mr. Kuok Khoon Hong sebagai Chairman & CEO, sedangkan Martua Sitorus sebagai Chief Operating Officer (COO).
Dalam usaha menguasai industri kelapa sawit dunia, hingga akhir 2008 lalu Wilmar telah menyiapkan dana tunai sebesar US$ 2,5 miliar di mana sebesar US$ 1 miliar digunakan mengakuisisi beberapa perkebunan kelapa sawit, pengembangan bisnis perkapalan dan industri makanan. Aksi tersebut menjadikannya sebagai pemasok 50% pasar minyak goreng di China atau sekitar 40% perdagangan minyak sawit dunia.
Ekspansi yang dilakukan seakan tiada henti, Wilmar telah menginvestasikan dana sebesar US$ 5,8 juta untuk mengakuisisi lima perusahaan yaitu PT. Daya Landak Plantation, PT. Indoresins Putra Mandiri, PT. Pratama Prasentindo, PT. Putra Indotropical dan PT. Tri Tunggal Sentra Buana. Dengan akuisisi ini Wilmar menambah landmark perkebunannya seluas 85 ribu hektare.
Demi memperkuat daya saing dan nilai tambah produk kelapa sawit, Wilmar membangun industri hilir sawit lewat pembangunan pabrik biodiesel berkapasitas 400 ribu ton, serta pabrik oleokimia dan refineri untuk margarin berkapasitas hingga satu juta ton, shortening dan pabrik pupuk NPK yang berkapasitas 600 ribu ton berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Kawasan seluas 50 hektare itu juga dilengkapi dermaga pelabuhan sepanjang 400 meter yang dapat disinggahi kapal angkut dengan kapasitas 60 ribu ton.
Saat ini, Wilmar Grup merupakan produsen terbesar industri minyak goreng di Indonesia, dengan kapasitas produksi sebesar 2.819.400 ton, disusul Musim Mas Grup sebesar 2.109.000 ton dan Permata Hijau Sawit Grup sebesar 932 ribu ton. Produk minyak goreng yang telah dikenal masyarakat di Indonesia minyak goreng Sania Royale.
Langkah ekspansi yang spektakuler sepanjang tahun 2009 membuat Wilmar memperoleh pendapatan sebesar US$ 23,9 miliar atau setara Rp. 220 triliun dengan keuntungan sebesar US$ 1,8 milyar atau Rp. 17 triliun. Tentu saja, ini berdampak positif kepada kekayaan pemiliknya Martua Sitorus yang menjadi Rp 27,5 triliun pada 2010 dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp 13 triliun, sehingga Majalah Forbes menempatkannya pada peringkat 316 orang terkaya di dunia tahun 2010.
Berdasarkan informasi yang diterima dari bursa Singapura, Wilmar International Ltd membukukan pendapatan US$ 44,7 miliar pada 2011 atau tumbuh 47,2% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$30,3 miliar. Kenaikan pendapatan mendorong peningkatan laba bersih menjadi US$ 1,5 miliar pada 2011, atau tumbuh 21% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 1,3 miliar.
Setelah sukses menguasai industri kelapa sawit, Wilmar melebarkan sayapnya ke industri gula. Perusahaan ini telah mengantongi izin untuk pengembangan industri gula dengan menguasai lahan seluas 200 ribu hektare untuk perkebunan tebu yang berlokasi di Kawasan Food Estate Merauke, Papua. Nilai investasi yang disiapkan mencapai US$ 1,5 miliar-US$ 2 miliar. Dana sebesar itu juga akan digunakan untuk pembangunan pabrik gula. Tahap pertama, akan disiapkan dana sebesar US$ 20 juta untuk lahan seluas 12 ribu hektare yang membutuhkan benih tebu sekitar 96 ribu benih yang didatangkan dari sentra pembenihan tebu di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Supaya dapat menjadi pemain utama dalam industri gula, Wilmar melalui anak usahanya Wilmar Australia Pte Ltd telah mengakuisisi 100% saham Sucrogen Ltd senilai US$ 1,47 miliar. Sucrogen merupakan produsen gula mentah (raw sugar) dan rafinasi terbesar di Australia dan terbesar kelima didunia. Dana investasi Sucrogen, kabarnya diperoleh Wilmar yang mendekati beberapa bank untuk mendapatkan pinjaman sebesar US$ 1,1 miliar dengan bunga 100 basis poin lebih tinggi dari suku bunga Libor.