YOGYAKARTA, SAWIT INDONESIA – Parluhutan Sitohang, COO PT Sampoerna Ago Tbk menjelaskan bahwa sistem mekanisasi dan digitalisasi sebaiknya dapat terintegrasi dengan perkebunan sawit. Karena yang terjadi sekarang, mekanisasi baru dilakukan setelah ada kebutuhan insidental seperti kesulitan tenaga kerja dan persoalan aplikasi pemupukan.
“Sistem mekanisasi yang berjalan di perusahaan idealnya dapat seperti android yang terbuka dan aplikatif bagi perusahaan perkebunan sawit,” ujar Parluhutan dalam Palm Oil COO Forum di Auditheater Instiper Yogyakarta, Senin (28 November 2022).
Kenapa mekanisasi dilakukan? Setelah kesulitan mendapatkan tenaga kerja, barulah dilakukan desain mekanisasi. Setelah itu dilakukan infield dan fertilizer spreader.
“Memang sampai sekarang tidak bisa dilakukan full mekanisasi,” urainya.
Di PT Sampoerna Agro Tbk, Mekanisasi yang sudah diterapkan: Fertilizer spreader (4 wheel drive), Micron herbi sprayer, weeding mechanization: 1 ha untuk 2 orang dalam kondisi established, 5-10 orang jika kondisi sudah berat jika dilakukan manual. 25 ha/hari untuk 6-8 orang/tim jika menggunakan mekanisasi.
Menurutnya mekanisasi memang dibutuhkan untuk mengurangi persoalan tenaga kerja semakin sulit didapat (terutama pada pokok tinggi, tanaman tua), tenaga usia produktif lebih memilih pekerjaan di luar bidang perkebunan, dan UMP yang selalu meningkat
“Untuk mendapatkan produktivitas tinggi, kami didukung kultur teknis dan material genetic. Selanjutnya kami terapkan mekanisasi sebagai tools membantu produktivitas,” jelasnya.
Parluhutan menjelaskan tantangan mendapatkan Sumber Daya Manusia yang mumpuni karena tidak mudah mencari orang sekarang ini. Terjadi perekrutan dan saling bersaing. Memang itulah yang terjadi saat ini. Jika didesain dari awal, maka karyawan akan sustain dan bisa lakukan terapkan mekanisasi.
Problem lain adalah kenaikan upah setiap tahun. Di sisi lain, mekanisasi ada kalanya tidak lebih murah. Saya cek cost panen dengan mekanisasi tidak jauh lebih murah daripada manual, memang loss produksi lebih kecil.
“Mekanisasi akan dibutuhkan ketika ada kekurangan tenaga kerja di waktu tertentu seperti Idul Fitri. Di hari raya, sulit mencari tenaga panen akibatnya buah bisa busuk karena sulit waktu pusingan sampai 30 hari, ” ujarnya.
Parluhutan berharap Instiper dapat menyatukan visi bagaimana mekanisasi menjadi satu kesatuan dalam perkebunan sawit. Itu sebabnya, kesiapan sumber daya manusia perkebunan sangat dibutuhkan yang dapat aplikatif dengan mekanisasi.