Penggunaan pupuk Greenfeed lebih efisien dibandingkan produk sejenis. Selain itu, pengeluaran biaya pemupukan lebih hemat 20 persen.
DR. Yusoh Bin Salleh, Direktur PT Greenfeed Agro mengungkapkan pemakaian pupuk Greenfeed lebih hemat yang dapat mencapai 20% dari pupuk biasa. Keunggulan ini ditopang penggunaan teknologi pupuk yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sawit sehingga tidak terjadi pemborosan.
Greenfeed ini adalah pupuk yang bersifat slow release yang dapat mengikuti keperluan tanaman. Oleh karena itu, pupuk ini sangat memahami sejauh mana kebutuhan dari tanaman.
Menurutnya, perusahaan tidak sekadar menjual pupuk Greenfeed melainkan mengutamakan teknologi karena petani yang mengutamakan pupuk yang lebih hemat dari sisi penggunaan dan materialnya. Ditambahkan Yusoh Bin Salleh, lebih efisien dalam menghemat pemakaian jumlah tenaga kerja di lapangan.
Dengan keunggulan efisiensi pemakaian ini akan membantu juga dari aspek tempat
penyimpanannya (storage). Tak hanya itu, biaya transportasi ini dapat ditekan dan lebih murah. Sebagai perbandingan, pengangkutan pupuk ke daerah perbukitan atau kebun sawit dapat memanfaatkan sepeda motor.
Dari segi aplikasi, pupuk Greenfeed dapat digunakan dua aplikasi dalam setahun atau setiap enam bulan. “Kalau dibandingkan dengan pupuk lain seperti pupuk tunggal pemakaiannya sehingga enam kali dalam satu tahun, tetapi produk kami cukup dua kali saja,” jelasnya.
Dibandingkan pupuk jenis lain yang kandungan nutrisi akan habis dalam dua atau tiga bulan. Namun, kata DR.Yusoh, berdasarkan kajian perusahaan kandungan nutrisi di dalam Greenfeed dapat bertahan sampai sembilan bulan. Sebab, selepas enam bulan itu nutrisi dalam tanah sudah berkurang yang akan diaplikasi lagi untuk bulan berikutnya.
Greenfeed ini merupakan pupuk ini berbentuk nugget yang beratnya 16,5 gram.
Mengandungi unsur hara yang seimbang Nitrogen, Phosphorus, Potassium, MgO dan trace element dan zeolite. Kemasan Greenfeed terdiri dari tiga formulasi : 12: 16: 6: 2 + TE; 13: 10: 15: 2 + TE; dan 13: 10: 22: 2 + TE
DR. Yusoh memaparkan aplikasi Greenfeed dalam satu hektare itu bergantung kepada umur tanaman sawit. Pohon sawit yang berumur 3 tahun akan membutuhkan sekitar 18 nuggets. Lalu, tanaman yang berumur 9 tahun menggunakan 42 nuggets dalam satu kali aplikasi.
Menurut DR. Yusoh, produk ini sudah di pasaran lebih dari 12 tahun di Malaysia tetapi khusus baru masuk Indonesia sekitar dua tahun ini. Pada tahun ini, kegiatan promosi lebih ditingkatkan dengan memberikan informasi bahwa teknologi pupuk ini efisien dan ramah lingkungan. “Di Indonesia, kami sudah merambah pasar di Medan, Samarinda, Palembang,dan Pekanbaru,” tuturnya.
Sebagai pemain baru pupuk di Indonesia, produksi Greenfeed ditargetkan sekitar
4.000-5.000 ton. Yusoh Bin Salleh mengatakan jumlah produksi ini masih kecil karena permintaan pasar belum terlalu signifikan tetapi perusahan optimis penjualan akan terus naik sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pupuk di Indonesia.
Menurutnya, aplikasi pupuk Greenfeed tidak terpengaruh pada musim hujan atau kemarau. Bahkan di satu lapangan di Malaysia, seratus persen tanah gambutnya
menggunakan pupuk kita. “Jadi di dalam tanah gambut yang selalu terendam air, pupuk kita tidak cepat hancur dan larut, unsurnya bisa diserap akar” ujarnya.
Yusoh mengungkapkan penggunaan pupuk harus memerhatikan ukuran tanaman pula. Tak hanya itu, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah cuaca, kelembapan tanah; tanah kering jadi pupuk tidak dapat diserap pokok, bukan hilang pupuk itu.
Yusoh Bin Salleh menyatakan konsumen yang menggunakan Greenfeed selama 12 tahun di Malaysia, tidak pernah produksinya turun atau lebih rendah. Kalau pun hasil menurun itu disebabkan oleh faktor-faktor lain. ”Makanya disini kita bukan hanya jual pupuk tetapi mendorong konsumen memperoleh teknologi yang baik dalam pemupukan,” pungkasnya. (Bebe/Angap)