Bali – Sawit Indonesia. Peningkatan produktivitas dan efisiensi kunci utama memperbesar sawit Indonesia. Program B20 menjadi penopang keseimbangan suplai dan penyerapan sawit di dalam negeri.
Dalam kata sambutannya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, (GAPKI), Joko Supriyono, mengatakan pemerintah melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang, membantu memberikan kepastian hukum terkait isu-isu pertanahan dan agraria tersebut. “Kami memohon dengan hormat kepada Bapak Sofyan Djalil, Menteri Agraria dan Tata Ruang, membantu pelaku usaha sawit terkait masalah-masalah lahan dan tata ruang,” kata Joko Supriyono.
Masalah yang dihadapi pelaku usaha semakin kompleks. Menurut Joko, tidak hanya isu lahan dan pertanahan yang menjadi bagian dari masalah hari ini. Di sisi lain, permintaan terhadap minyak sawit, terutama untuk kebutuhan pangan dan energi semakin meningkat. Tantangan lain yang juga harus diperbaiki oleh pelaku usaha sektor perkebunan sawit adalah upaya peningkatan produktivitas.
“Kebutuhan akan minyak sawit masih sangat tinggi, kami perkirakan peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia mencapai 50 juta ton pada 2025. Saat ini produksi minyak sawit Indonesia sebesar 31 juta ton, dan 22,5 juta ton di antaranya memasok pasar ekspor. Selain itu, kebutuhan minyak sawit untuk biodiesel juga terus meningkat,” katanya.
Lebih lanjut tutur Joko, Indonesia memiliki posisi lebih baik dan sangat penting sebagai produsen minyak sawit terbesar untuk mengambil porsi terbesar sebagai pemasok kebutuhan minyak nabati dunia ke depan.
Peningkatan produktivitas dan efisien, tutur Joko, merupakan kunci terpenting guna memperbesar kontribusi kelapa sawit Indonesia sebagai pemasok terbesar minyak nabati dunia. Hal ini merupakan tantangan bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit sehubungan dengan rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan moratorium perizinan baru untuk perluasan perkebunan di lahan gambut dan pelepasan kawasan hutan.
“Karena itu diharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis demi meningkatkan produktifitas, daya saing dan tantangan global secara sistematis,” kata Joko.
(Ulasan lengkap silakan baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Desember 2016 -15 Januari 2017)