JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Petani sawit menyayangkan sekaligus merindukan dalam beberapa kali debat capres-cawapres tidak ada satu pun yang menyinggung isu sawit baik.
“Padahal dunia tahu bahwa Indonesia adalah negara produsen minyak sawit terbesar di dunia. Dan Indonesia mendapat multiplier effect dari hulu-hilir industri sawit,” ujar Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Dr. Gulat ME Manurung, C.IMA, sehabis melakukan rapat koordinasi terbatas tentang program kerja 2024 dengan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) di Sudirman Jakarta, Jumat (25/1/2024).
Sebagai organisasi petani sawit terbesar di Indonesia yang tersebar di 22 DPW Provinsi dan 164 DPD Kabupaten/Kota. Gulat berharap para Capres/Cawapres adu program strategis saja, sehingga komunitas sawit (stakeholders sawit) bisa melihat masa depan Indonesia pada lima tahun kedepan jika terpilih jadi Presiden/Wakil Presiden, tentu semua elemen anak bangsa ini bahkan dunia investasi menantikan itu. Menurutnya, Capres dan Cawapres adalah Putra Terbaik Indonesia dan semua niatnya baik.
Namun jika mengedepankan saling serang ke yang kurang penting, apalagi ke program Presiden yang sedang berjalan saat ini, tentu kurang elegan karena Indonesia dalam kondisi baik-baik saja dan bahkan menjadi barometer negara-negara maju lainnya.
“Apalagi semua Capres dan Cawapres saat ini adalah Ordal (orang dalam) tentu kurang baik dan kurang elegan,” ujar Gulat.
Dia mengatakan komunitas sawit memang wajar kecewa karena pada debat-debat sebelumnya hampir tidak ada yang membahas sawit, tentu itu harapan kami sebagai bagian dari elemen bangsa ini.
Mari kita mengingat, jangan cepat lupa, bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang paling cepat bangkit dan berlari pasca pandemi Covid-19 tentu ini tidak terlepas dari geliat multiplier effect sosial ekonomi sawit dan faktor lain.
“Keletihan semua anak bangsa ini pasca pandemi covid-19, harusnya diberi dengan ‘hadiah’ pesta demokrasi yang memberikan harapan kedepannya dengan program cemerlang dan meneruskan kebaikan yang sudah berjalan di Presiden ke-7 saat ini. Dunia terkesima dengan Indonesia karena Indonesia adalah salah satu negara yang melakukan Pilpres pasca pandemi covid 19, jika proses politik tersebut berlangsung dengan sukses dengan terpilihnya Presiden Republik Indonesia ke delapan,” ujar Gulat.
Fenomena di Indonesia, saya melihat jauh berbeda dengan negara-negara lain, misalnya seperti Uni Eropa jika Pilpres atau sejenis, karena disana isu kampanye Calon Pemimpin Negara pasti muter-muter ke produk unggulan negara tersebut seperti jenis tanaman penghasil minyak nabati (saingan minyak sawit) dan semua ide strategi pemikiran Calon Pemimpin negara tersebut terfokus kesana.
Gulat mengatakan 34 juta Petani sawit dan pekerja sawit termasuk keluarga petani sawit, belum termasuk tenaga kerja Ring 2,3,4,5 hulu-hilir sawit, ingin melihat dan mendengar bagaimana pendapat dan strategi para Capres dan Cawapres untuk mengatasi hambatan dan memajukan hulu-hilir sawit dari tiga dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
Hilirisasi adalah kata kunci dari industri hulu-hilir sawit sampai ke downstream serta oleochemical. Secara total dari sawit, seperti CPO, palm kernel, palm shell, fiber, empty bunch, effluent solids paling tidak bisa menghasilkan 168 produk turunan dan kita masih berada di 50-80 produk turunan. Ini adalah peluang besar dan keunggulan Indonesia yang harus diulas dengan adu strategi.
“Menurut saya dalam hal ini Indonesia sudah cukup maju serta canggih, terkhusus dibidang bio-energi (energi baru terbarukan) atau energi hijau yang tidak akan pernah habis-habisnya, berbeda dengan minyak bumi. Teknologi Biodiesel, Bensa atau bensin sawit dan terakhir kita sudah berhasil ke Bio Avtur berbahan dasar minyak sawit dan sedang uji coba tahap akhir,” urai Gulat.
Namun dikatakan Gulat bahwa diantara semua produk turunan sawit tersebut, Indonesia selalu dikampanyekan negatif oleh negara pesaing minyak sawit dengan isu yang sebenarnya cukup sederhana menyelesaikannya dan hal ini sudah dikupas habis saat dialog dua sesi dengan perwakilan dewan pakar masing-masing Capres-Cawapres yang dihadiri semua komunitas sawit yang diselenggarakan oleh Kompas beberapa waktu lalu. Jadi ide dan strategi tersebut bisa merujuk ke poin-poin kesimpulan pada acara dialog tersebut.
“Jadi siapapun Capres dan Cawapres yang menyampaikan ide-strategi tuntas untuk lebih memajukan sawit dan melawan isu kampanya negatif, menyelesaikan klaim kawasan hutan di perkebunan sawit, terkhusus di perkebunan sawit rakyat, yang eksisting sudah tertanam sawit sebelum 2020 “itulah Presiden Indonesia ke delapan,” pungkas Gulat.
Penulis: Indra Gunawan