• Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Facebook Twitter Instagram
Tuesday, 21 March 2023
Trending
  • Presiden Tinjau Food Estate di Papua
  • Perkebunan Kelapa Sawit Membangun Jalan Provinsi
  • Dukung Pemerintah, Minamas Plantation Hibahkan 20 Ribu Benih Sawit Icalix Ke Petani Honduras
  • GAPKI Kalbar Berkomitmen Pemeliharaan Jalan Provinsi
  • Wujudkan Riau Bebas Asap Tahun 2023
  • UMKM Menjadi Raja di Marketplace Lokal
  • Itjen Kementan Berkolaborasi Dengan Pemda Banyuasin Jaga Pangan
  • Indonesia Membantu Bibit Kelapa Sawit Ke Ratusan Petani Kecil Honduras
Facebook Instagram Twitter YouTube
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Subscribe
  • Beranda
  • Rubrik
    • Analisis
    • Artikel
    • Berita Terbaru
    • Edisi Terbaru
    • Event
    • Hama Penyakit
    • Hot Issue
    • Inovasi
    • Kinerja
    • Oase
    • Palm Oil Good
    • Pojok Koperasi
    • Profil Produk
    • Sajian Utama
    • Seremoni
    • Sosok
    • Tata Kelola
  • Tentang Kami
  • Susunan Redaksi
  • Hubungi Kami
Majalah Sawit Indonesia OnlineMajalah Sawit Indonesia Online
Home » Wawung, Si Kumbang Yang Dapat Dikendalikan
Hama Penyakit

Wawung, Si Kumbang Yang Dapat Dikendalikan

By RedaksiJanuary 19, 20163 Mins Read
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email
Share
WhatsApp Facebook Twitter Telegram LinkedIn Pinterest Email

Kegiatan pengembangbiakan kumbang wawung atau dikenal juga kumbang tanduk di perkebunan sawit, termasuk tindakan ilegal. Kalangan petani mengecam aksi sejumlah kelompok masyarakat yang membudidayakan kumbang tanduk. Peneliti yang tergabung di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sudah lama menemukan teknik pengendalian hama kumbang.

Asmar Arsjad, Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), merasa geram dengan tindakan sejumlah yang mengatasnamakan Kelompok Pemuda Menolak Sawit Ilegal (KPMSI). Pasalnya, kelompok ini mengembangbiakkan wawung – lebih dikenal sebagai kumbang hama kelapa – untuk mematikan tanaman sawit yang berada di lahan ilegal.

“Mereka lakukan itu motifnya untuk apa. Ini jelas merugikan petani kalau sampai terserang kumbang tanduk. Tindakan ini mereka ini juga ilegal,” ujar Asmar dalam sambungan telepon kepada SAWIT INDONESIA.

Menurut Asmar, kalau kumbang tanduk diperbanyak jumlahnya akan berdampak buruk kepada produksi petani sawit. Sebab, kumbang tanduk ini menyerang bagian atas tanaman sawit. Pengendalian kumbang tanduk dilakukan petani dengan cara menggunakan perangkap. Namun kalau jumlah kumbang tanduk bertambah banyak akan mempersulit tindakan pengendalian.

Baca juga :   Apresiasi IOPC 2022, Erick Thohir: Sawit Solusi Bagi Krisis Pangan dan Energi

“Kalau benar jumlah kumbang tanduk ini diperbanyak, maka kami (APKASINDO) akan melaporkannya kepada polisi. Cara yang mereka lakukan tidak betul,” tegas Asmar.

Seperti apa bahaya serangan kumbang tanduk? Agus Susanto, Peneliti Senior Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), menjelaskan bahwa hama kumbang kelapa/wawong yang menyerang kelapa sawit terbagi dua 2 jenis. Pertama, sering dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah oryctes rhinoceros (kumbang tanduk). Kedua, kumbang xylotrupes gideon yang juga menyerang kelapa sawit, namun dijumpai di beberapa daerah saja seperti Jawa Barat.

Lebih lanjut, kata Agus, kumbang Oryctes rhinoceros berwarna cokelat gelap sampai hitam mengkilap dan dicirikan dengan adanya tanduk pada bagian kepala, panjang badan mencapai 35-50 mm dan lebar 20-23 mm. Perbedaan antara kumbang jantan dan betina tidak bisa dilihat dari ukuran panjang tanduk, namun dicirikan dengan ada rambut-rambut halus pada bagian ujung abdomen (perut) yang hanya dimiliki oleh kumbang betina, sedangkan jantan tidak ada. Selain itu umur kumbang betina lebih panjang dari kumbang jantan. Kumbang memiliki masa hidup sekitar 6-9 bulan.

Baca juga :   CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

Kumbang berkembang-biak pada saat kumbang matang secara seksual. Kumbang betina meletakkan telur pada bahan-bahan organik seperti tumpukan tandan kosong, batang kelapa sawit yang  telah melapuk pada rumpukan, sisa chipping, dan batang tanaman yang telah diracun atau terserang Ganoderma. Selain itu, penanaman mucuna juga dapat mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik yang mendukung proses perkembangan larva Oryctes.

“Kumbang Oryctes aktif pada malam hari dan mampu terbang hingga 400 meter. Ketika hujan turun Oryctes jarang aktif terbang,” ujarnya.

 Menurut Agus Susanto, kumbang menyerang pada bagian daun, pada saat daun masih membentuk daun tombak. Ini sebabnya pada saat daun membuka, daun akan membentuk huruf V-terbalik. Selain itu, Oryctes juga menyerang umbut atau titik tumbuh, yang dapat mematikan tanaman. Dalam beberapa kasus, tanaman yang selamat, akan mengalami perpindahan titik tumbuh dan pertumbuhan daunnya akan berputar, sehingga perlu disisip. Untuk tanaman yang selamat akan mengalami masa stagnasi selama beberapa bulan.

Baca juga :   APKASINDO : Tuduhan Pepsico dan Campina, Lukai Petani Sawit

Ahmad Perdana Rozziansha, Peneliti Bidang Hama Penyakit PPKS, mengungkapkan serangan yang berulang ulang mengakibatkan tanaman mati. Untuk skala tanaman ringan, bisa menunda proses Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) untuk menjadi Tanaman Menghasilkan (TM). “Serangan juga dapat terjadi pada tanaman TM yang tentunya akan mengakibatkan turunnya produksi atau bahkan kematian tanaman,” kata Ahmad Perdana.

(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Januari 2016-15 Februari 2016)

Sumber foto: istimewa

kelapa sawit sawit
Share. WhatsApp Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Email Telegram

Related Posts

CPOPC Bersama Perusahaan Indonesia Dan Malaysia Bantu Petani Sawit Honduras

15 hours ago Berita Terbaru

APKASINDO : Tuduhan Pepsico dan Campina, Lukai Petani Sawit

3 days ago Berita Terbaru

Apresiasi IOPC 2022, Erick Thohir: Sawit Solusi Bagi Krisis Pangan dan Energi

7 days ago Berita Terbaru

Indonesian Planters Society Edukasi Petani Sawit

1 week ago Berita Terbaru

Dwi Sutoro dan Eddy Martono Kandidat Ketum GAPKI, Ini Profil Keduanya

2 weeks ago Berita Terbaru

Pesan Bang Joefly Jelang Munas GAPKI XI

2 weeks ago Berita Terbaru

GAPKI Butuh Karakter Ketua Umum Visioner, Petarung dan Merah Putih

2 weeks ago Berita Terbaru

Dwi Sutoro, Calon Nakhoda Baru GAPKI, Jembatan Industri Dengan Pemerintah

2 weeks ago Berita Terbaru

Wilmar Dapat Pujian Dari Wamenaker Terkait Perlindungan Perempuan dan Anak

2 weeks ago Berita Terbaru
Edisi Terbaru

Majalah Sawit Indonesia Edisi 136

Edisi Terbaru 4 weeks ago2 Mins Read
Event

Diskusi Hybrid Strategi Indonesia Menjadi Barometer Harga Sawit Dunia

Event 3 weeks ago2 Mins Read
Latest Post

Presiden Tinjau Food Estate di Papua

4 hours ago

Perkebunan Kelapa Sawit Membangun Jalan Provinsi

5 hours ago

Dukung Pemerintah, Minamas Plantation Hibahkan 20 Ribu Benih Sawit Icalix Ke Petani Honduras

6 hours ago

GAPKI Kalbar Berkomitmen Pemeliharaan Jalan Provinsi

6 hours ago

Wujudkan Riau Bebas Asap Tahun 2023

7 hours ago
WhatsApp Telegram Facebook Instagram Twitter
© 2023 Development by Majalah Sawit Indonesia Development Tim.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Go to mobile version