Produsen benih sawit mengarah kepada produksi benih dengan karakter spesifik. Sebagai bagian untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan petani sawit.
Dwi Asmono, Ketua Forum Kerjasama Produsen Benih Kelapa Sawit, mengatakan benih sebagai input produksi akan mempengaruhi dinamika on-farm perkebunan sehingga mempengaruhi pasang surut bisni benih. Yang unik di dalam bisnis benih dan tak selalu ada di perkebunan yaitu desain dan inovasi.
Lebih lanjut, kata Dwi Asmono, sebelum benih masuk fase komersialisasi terdapat proses pemuliaan yang panjang hingga 10-15 tahun. Perusahaan benih dapat mempersingkat waktu riset dan pemuliaan benih dengan membentuk joint venture bersama lembaga riset di luar negeri.
Dwi Asmono menyatakan perusahaan sawit yang masuk bisnis benih dengan pertimbangan untuk peningkatan daya saing. Pasalnya, benih ini menjadi komponen utama Good Agricultural Practices. Dengan begitu, perusahan memperoleh benih terbaik dan up to date.
“Harus diingat bahwa kontribusi benih kepada biaya pembangunan kebun tidak tinggi. Tetapi, pengaruhnya sangat bagus untuk pencapaian produktivitas yang signifikan,” jelas Doktor Program Pemuliaan Benih di Iowa State University kepada SAWIT INDONESIA
Itu sebabnya, ada konsekuensi bagi perusahaan yang terlanjur masuk benih tidak bisa berhenti begitu saja. Walaupun, industri sawit kurang menguntungkan harganya seperti sekarang. Untuk tahun ini, diperkirakan penjualan benih sawit turun 20% menjadi 80 juta kecambah dibandingkan tahun lalu sekitar 100 juta kecambah.
Menurut Dwi Asmono, ketika laju pembukaan lahan dan pengembangan kebun berkurang, di sisi lain replanting lebih dominan. Maka, industri benih sawit akan menciptakan titik keseimbangannya.
Di masa depan, ditambahkannya, era benih asal DxP dan asa Tenera akan tergantikan benih yang spesifik seperti Dxp Semi Clone, DXP partial toleran terhadap penyakit. “Sebentar lagi, akan ada juga DxP toleran terhadap kekeringan dan DxP efisien pupuk. Jadi, akan ada varietas baru yang punya karakteristik ungul spesifik tidak saja produktivitas” ungkap Dwi.
Sampoerna Agro melalui anak usaha PT Bina Sawit Makmur telah merilis tiga varietas benih sawit DxP Semi Klon. Keunggulan benih semi klon adalah produktivitas TBS dan rendeman minyak bisa lebih tinggi 10%-15% dari material genetik terbaik yang dimiliki sekarang. Selain itu, performa tanaman relatif – seragam karena satu tetua berasal dari kultur jaringan yang memang diperbanyak secara vegetatif dan seragam.
Tony Liwang, Direktur PT Dami Mas, salah produsen benih sawit, mengatakan bertambahnya jumlah produsen benih sawit dari aspek suplai benih akan berlebih tetapi menekan jumlah permintaan dan lahan yang ditanam semakin bervariasi agroekosistemnya. Ini berarti dibutuhkan benih yang lebih spesifik sesuai kondisi lapangan.
“Pemanfaatan teknologi benih sangat penting khususnya melalui bioteknologi dan genomik,” jelasnya.
Tony Liwang mengatakan Dami Mas telah lulus pelepasan varietas untuk benih sawit moderat tahan ganoderma atau intermediate resistant Ganoderma. Jumlah benih sawit Dami Mas DxP Moderat Tahan Gano (MTG) baru dihasilkan 800.000 benih per tahun.
Dijelaskan Tony Liwang, Dami Mas DxP MTG secara prinsip sama dengan benih MTG lainnya. Hanya saja Dami Mas memakai varietas yang telah dirilis sebelumnya dan terbukti memberikan produktivitas tinggi. “Bukan saja spesifik MTG melainkan punya produksi tinggi,” kata Doktor Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor ini.
Perbedaan lainnya adalah benih Dami Mas Dxp MTG memakai uji genotipik dengan penanda gen (marker gen) bukan saja uji fenotipik. Benih in, kata Tony Liwang, yang pertama kali menggunakan pelepasan varietas dengan uji genotipik.
Marker gen bertujuan memastikan tanaman punya gen berhubungan dengan karakter tertentu sesuai harapan. Sehingga, ungkap Tony, secara genetik dapat dipastikan bahwa tanaman memang tahan atau tidak terhadap ganoderma bukan karena pengaruh lingkungan seperti pupuk, iklim dan faktor lainnya.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Januari 2016-15 Februari 2016)