JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Iklim El Nino yang berkepanjangan akan mempengaruhi produksi minyak sawit di dalam negeri. Sebelumnya APKASINDO mengkalkulasi bahwa produktivitas tandan buah segar (TBS) sawit petani akan anjlok sampai 30 persen sampai akhir tahun ini dan akan berlanjut sampai pertengahan 2024 akibat El Nino.
“Dengan kondisi ini, sumbangan CPO dari perkebunan sawit rakyat akan lebih rendah lagi, sekitar 24-26 persen dari total produksi CPO Indonesi di 2023 ini. Angka ini akan sama dengan sumbangan CPO dari Perkebunan sawit rakyat tahun 2020-2021,” ujar Gulat saat dihubungi, Senin (25/9/2023).
Dia memprediksi secara umum akan terjadi penurunan produksi CPO Indonesia tahun 2023 ini sebesar 8-12 persen dan penurunan ini paling banyak disumbang oleh perkebunan sawit rakyat.
Gulat menerangkan penurunan tersebut berkaitan erat ke harga minyak sawit. Penurunan produksi minyak sawit akibat El Nino dapat menyebabkan kenaikan harga minyak sawit dunia karena penurunan pasokan, yang pada gilirannya memengaruhi pendapatan petani dan perusahaan. AncamaN ini dapat berdampak kepada harga minyak nabati lainnya naik tajam dan tentu ini mempengaruhi kondisi ekonomi secara global.
“Biasanya negara-negara pengimpor minyak nabati akan pasang startegi dengan membaca situasi ini dengan cara meningkatkan cadangan negara,” ucap Gulat.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa kejadian El Nino adalah fenomena alam yang berulang secara periodik dan memiliki dampak yang beragam pada industri sawit. Semakin tinggi intensitas El Nino, semakin besar dampaknya pada penurunan produksi minyak sawit dan kenaikan harga. Untuk saat ini, kata Gulat, intensitas El Nino masih belum masuk ke intensitas tinggi, karena masih diselingi hujan. Untuk Indonesia, dampak El Nino terhadap produktivitas TBS akan lebih tinggi dibanding Malaysia, terkhusus di perkebunan petani (6,87 juta ha).
“Hal ini dikarenakan mulai menurunnya petani memupuk sejak pertengahan tahun 2022 karena melonjak tajamnya harga pupuk. Oleh karena itu saya memprediksi produktivitas TBS Petani akan anjlok sampai 30 persen sampai akhir tahun ini dan akan berlanjut sampai pertengahan 2024,” tandas Gulat. (Indra G)