JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengungkapkan kekeringan yang diakibatkan iklim El Nino bakal berdampak serius terhadap produktivitas sawit ke depannya.
Ketua Umum Apkasindo, Dr. Gulat Manurung, MP, CIMA, memprediksi produktivitas tandan buah segar (TBS) sawit petani akan anjlok sampai 30 persen sampai akhir tahun ini dan akan berlanjut sampai pertengahan 2024 akibat El Nino.
Dalam catatan Apkasindo sumbangan sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia dari perkebunan sawit rakyat tahun 2022 hanya 28-30 persen, meskipun luas total perkebunan sawit rakyat mencapai 42 persen dari 16,38 juta ha.
“Nah dengan kondisi ini, sumbangan CPO dari perkebunan sawit rakyat akan lebih rendah lagi, sekitar 24-26 persen dari total produksi CPO Indonesia di 2023 ini. Angka ini akan sama dengan sumbangan CPO dari perkebunan sawit rakyat tahun 2020-2021,” ujar Gulat saat dihubungi, Senin (25/9/2023).
Dia memprediksi secara umum akan terjadi penurunan produksi CPO Indonesia tahun 2023 ini sebesar 8-12 persen dan penurunan ini paling banyak disumbang oleh perkebunan sawit rakyat.
“El Nino mulai terjadi sejak April-Mei lalu dan puncaknya Agus-Oktober 2023 di Indonesia. Untuk buah baru yg terbentuk adalah benar dampaknya nampak sekitar Februari-April 2024. Untuk buah yang sudah terbentuk pada saat awal/sebelum terjadinya El Nino (April-Mei lalu) juga akan terdampak. Tekhusus kepada Rendemen CPO TBS tersebut akan menurun,” ujar Gulat.
Doktor lulusan Universitas Riau ini menerangkan dampak kejadian El Nino pada produksi minyak sawit tidak terjadi seketika, namun terlihat 12-24 bulan kemudian setelah cekaman kekeringan terjadi dan paling cepat terlihat pada 8 bulan kemudian jika diperburuk oleh pemupukan yang minim bahkan tidak dipupuk sama sekali.
Menurut Gulat, tanaman sawit merupakan tanaman kelompok fisiologi tanaman C4, di mana laju fotosintesis semakin tinggi dengan intensitas penyinaran yang semakin naik dan lama. Sawit juga dikenal termasuk toleran dalam kondisi kering sampai pada batas tertentu.
Namun, secara umum, dampak El Nino terhadap produksi minyak sawit tergantung pada kombinasi beberapa faktor yakni intensitas El Nino, geolokasi, umur tanaman, kondisi/kualitas lahan, dan perawatan tanaman.
“Dampak El Nino pada produksi minyak sawit sangat bervariasi tergantung pada intensitasnya, umur tanaman, kualitas lahan, perawatan tanaman dan faktor geolokasi. Kejadian El Nino dengan intensitas sangat kuat, seperti yang terjadi pada tahun 2015/2016, memiliki dampak yang paling signifikan dengan penurunan produktivitas yang mencapai 11-16 persen,” pungkas Gulat. (Indra G)